TEMPO.CO, Jakarta - Kita patut bersyukur jumlah kasus Covid-19 di negara kita jauh menurun. Semakin kesini, situasi berangsur kondusif. Secara umum situasinya sudah jauh lebih baik. Tak ada lagi lonjakan pasien di rumah sakit karena pasien Covid-19.
Namun, kita tak boleh abai dan ceroboh. Lalu lupa protokol kesehatan. Masih terdapat kesan di sebagian masyarakat yang menyamakan flu dengan Covid-19. Tak hanya kalangan awam saja yang masih kerap menyamakan bahwa Covid-19 adalah seperti flu atau influenza. Menkopolhukam Mahfud MD pun pernah menyatakan hal serupa.
Guru besar ilmu hukum itu mengatakan kalau Covid-19 itu seperti flu. Tinggal beli obat di apotek di dekat rumah, lalu sembuh, kira-kira begitu yang ingin ia sampaikan dengan maksud agar publik tak panik.
Walau memiliki gejala mirip, ada sejumlah hal yang membedakan antara flu biasa dan Covid-19, sehingga Anda yang sebenarnya flu atau pilek tak perlu khawatir dinyatakan terpapar virus corona oleh orang lain atau pihak-pihak dengan motif tertentu, apalagi tanpa prosedur tes antigen atau PCR.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Decsa Medika Hertanto memaparkan perbedaan influenza dengan Covid-19 berdasarkan penyebabnya yaitu influenza disebabkan oleh virus influenz yang terdiri dari tiga jenis tipe A, B dan C.
Sedangkan Covid-19 disebabkan oleh virus SARS Cov-2 yang termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus ini terdiri dari empat mutasi utama yaitu varian Alfa, Beta, Delta dan Gamma.
“Penularannya sama, keduanya sama sama menular melalui droplet, kontak langsung hingga risiko aerosol pada ruang tertutup. Penularan Covid yang varian lama dan baru juga lebih cepat menular dibandingkan dengan influenza,” tulisnya melalui akun Instagram pribadinya berdasarkan penelitian Center for Disease Control (CDC) Petersen 2020.
Untuk gejala kedua penyakit ini mirip, antara keduanya sama sama menimbulkan gejala saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sesak dan demam. Namun yang perlu diwaspadai pada Covid-19 gejalanya bisa lebih berat hingga bisa disertai penurunan kadar oksigen yang sering kali disebut happy hypoxia.
Melansir NetMeds, kadar oksigen yang normal dalam darah pada rentang 95 hingga 100 persen. Saat kadar oksigen rendah, biasanya orang orang akan mengalami sesak napas, pusing, jantung berdebar, gelisah, atau sebagian kulit kebiruan. Namun, pada happy hypoxia berkurangnya jumlah oksigen di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala, pasien seperti terlihat baik-baik.
Jika mengukur tingkat keparahannya, Decsa menyebutkan gejala Covid-19 lebih berat dan komplikasi dibandingkan dengan influenza. Komplikasi berat yang ditimbulkan dari Covid-19 yakni kritis hingga meninggal.
Selain itu, Covid-19 memiliki risiko long Covid, yang tidak dimiliki oleh influenza yaitu gejalanya bisa menetap hingga 12 bulan. Karena tingkat penularan dan kematian Covid-19 sangat tinggi, penting untuk selalu waspada dan perlu jaga prokes, pola hidup sehat dan vaksinasi.
WILDA HASANAH
Baca juga: Punya Gejala yang Sama, Bisakah Vaksin Flu Menggantikan Vaksin Covid-19?