TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan rencana pemerintah untuk membuka opsi komersialisasi vaksin booster pada tahun 2022.
Rencananya, vaksin booster bisa dibeli seperti halnya kita membeli obat di apotek. Vaksin tersebut bisa dibeli di apotek. Soal suntikan vaksin booster ramai beberap waktu laatsaat sejumlah pejabat mengaku telah menerima suntikan vaksin booster.
Di kalangan medis di Barat, terdapat perbedaan pengertian antara vaksin booster dan vaksin ketiga. CDC merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan untuk melakukan vaksin ketiga. Namun, mereka masih mengkaji pemberian vaksin booster. Apa bedanya dengan vaksin booster?
Pada Agustus 2021, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang-orang tertentu dengan gangguan kekebalan tubuh untuk menerima dosis ketiga untuk meningkatkan perlindungan mereka.
Anjuran ini muncul karena orang-orang dengan gangguan kekebalan tubuh sedang hingga berat tidak mampu membangun perlindungan yang cukup walau telah mendapatkan dua dosis vaksin.
Baca Juga:
Sementara untuk masyarakat lain tanpa gangguan kekebalan, sejauh ini para ahli belum merekomendasikan untuk mendapatkan vaksin kembali. Vaksin tambahan untuk masyarakat tanpa gangguan kekebalan disebut dengan vaksin booster.
Apakah beda vaksin ketiga dengan vaksin booster?
Dilansir dari laman milik Cleveland Clinic, dokter anak Michelle Medina menjelaskan bahwa vaksin dosis ketiga adalah vaksin yang diberikan setelah vaksin dosis pertama dan kedua. Vaksin dosis ketiga ini diberikan karena kedua vaksin dosis awal tidak memberikan perlindungan khusus terhadap virus Covid-19.
Tidak semua orang membutuhkan vaksin dosis ketiga, hanya orang-orang yang memiliki gangguan kekebalan lah yang membutuhkan vaksin dosis ketiga ini. Mereka membutuhkan dosis ketiga untuk mencapai tingkat kekebalan yang protektif.
Dilansir dari laman milik CDC, dosis vaksin ketiga dapat membantu orang-orang dengan gangguan kekebalan untuk membangun lebih banyak perlindungan terhadap virus Covid-19. CDC merekomendasikan mereka untuk mendapat vaksin Covid-19 dosis ketiga vaksin mRNA setidaknya 28 hari setelah menerima vaksin dosis kedua.
“Tinjauan yang dilakukan oleh FDA dan CDC, orang yang membutuhkan vaksin Covid-19 dosis ketiga adalah mereka yang memiliki gangguan kekebalan tubuh dan orang yang sedang menjalani pengobatan apa pun yang membuat respons kekebalan mereka tidak mencukupi untuk melindungi dari virus Covid-19. Bagi orang-orang tersebut, dua dosis vaksin mRNA tidak mencukupi,” tulis Medina.
Sementara itu, Medina menjelaskan bahwa vaksin booster merupakan vaksin yang diberikan pada orang tanpa gangguan kekebalan. Vaksin ini akan diberikan karena ada kemungkinan vaksin pertama dan kedua akan menurun efektivitasnya seiring berjalannya waktu.
Selain itu, para ahli juga mengkhawatirkan vaksin dua dosis sebelumnya mungkin tidak bekerja dengan baik terhadap varian baru, seperti varian Delta yang sekarang sedang merebak.
Vaksin booster biasanya diberikan setelah jangka waktu tertentu, tidak seperti vaksin ketiga yang diberikan tepat setelah dua vaksin dosis awal. Harapannya, kekebalan tubuh akan terus menghasilkan antibodi dan memberikan cukup waktu untuk benar-benar memiliki reaksi kekebalan yang cukup.
Menurut Medina, namun, seiring waktu sistem kekebalan tubuh membutuhkan vaksin booster untuk meningkatkan dan memperkuat respon imun yang telah dihasilkan tubuh setelah suntikan dua dosis awal. Hingga saat ini, FDA dan CDC masih mengkaji kembali kebutuhan vaksin booster bagi orang yang sehat.
MAGHVIRA ARZAQ KARIMA
Baca juga: Kronologi Bocor Pengakuan Pejabat Dapat Vaksin Booster