TEMPO.CO, Jakarta - Dibukanya kembali pembelajaran tatap muka (PTM) turut menjadi perhatian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDAI , Dr. Yogi Prawira, mengatakan jika pembelajaran tatap muka bagi anak memerlukan peraturan yang aman dan matang untuk diadaptasi.
“Yang pertama anak bisa tertular, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IDAI itu adalah masa di mana anak berada terus di rumah, tepatnya tidak terpapar dunia luar, namun hasilnya sangat banyak,” katanya.
Berdasarkan informasi, data yang dikeluarkan oleh IDAI dari perolehan Case Fatality Rate (CFR) pada Maret-Desember 2020, kasus Covid-19 anak di Indonesia ada 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen) dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0,46 persen). Yogi menambahkan kekhawatiran anak kembali belajar tatap muka yang kedua yaitu anak bisa saling menularkan. Ada beberapa studi yang menyatakan jika anak yang tertular, walaupun gejalanya ringan, konsentrasi virusnya tetap tinggi sehingga berisiko menularkan ke orang lain.
Ada banyak area abu-abu yang hingga saat ini menurut Yogi masih belum banyak dipahami banyak orang. Salah satunya adalah long covid pada anak. Pada anak yang terpapar, baik itu gejala ringan atau sedang, belum diketahui hingga kapan anak akan merasakan keluhan long covid.
Karena itu, yang paling penting adalah melakukan semua pencegahan secara bersamaan karena semua pencegahan memiliki risiko untuk terpapar. Namun, jika dikerjakan secara bersamaan maka risiko penularan bisa ditekan. Jangan sampai ada guru atau murid yang copot masker atau berkumpul.
“Sekolah adalah tempat bagi anak-anak yang sudah tahu dan disiplin mengerjakan protokol kesehatan. Jadi, bagi orang tua yang menginginkan anaknya untuk pembelajaran tatap muka maka harus melatih anak sejak di rumah. Jangan diterjunkan keluar sana tanpa dibekali dengan apa yang harus dikerjakan,” kata Yogi.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka, Waspadai Murid SD yang Belum Vaksinasi