INFO GAYA – Prasangka menjadi bagian tak terpisahkan dalam interaksi sosial. Ia merupakan proses kognitif. Reaksi terhadap hasil penilaian seluruh indera. Hasil yang positif atau negatif turut dipengaruhi rangsangan dari lingkungan.
Untuk Hélène Barizet (Marie-Sophie Ferdane), prasangka menjadi teman karibnya. Terutama sejak kepulangannya ke Paris untuk menyelamatkan kelompok orkestra nasional, Philharmonia, yang baru saja kehilangan konduktor karena meninggal di atas panggung.
Hélène adalah virtuoso. Pemain biola yang sangat memukau. Namun, itu 20 tahun lalu sebelum ia tiba-tiba melarikan diri ke Amerika lalu menjadi konduktor New York Symphony. Kini, dia menerima tantangan besar, mudik untuk memimpin Philharnomia yang mendapat julukan orkestra terkutuk.
Prasangka negatif langsung muncul dari Leopold Saint-Just (Laurent Bateau), Direktur Philharmonia yang tak bisa menentang keputusan kementerian untuk menunjuk Helena. “Jika seorang wanita bisa memimpin ratusan musisi memainkan Wagner atau Strauss, kita akan tahu itu,” ujar rekan Saint-Just. Dan sang direktur meyakinkan temannya bahwa Hellen tak akan bisa bertahan lama. “Saya perkirakan sepekan, sebelum dia akhirnya menyerah,” katanya.
Penolakan serupa muncul dari para pemain orkestra. Keputusan Hélène mengganti pemain biola utama, Vladimir Gregoriu (Tom Novembre) dengan pemain muda, Selena Riviere (Lina El Arabi) semakin membuat emosi seluruh anggota, terutama dari pemain oboe, Jeff Moretti (Olivier Chantreau).
Hélène juga mesti menghadapi kenyataan, suaminya, Peter Faulkner (Guillaume Dolmans) dengan pemain french horn, Agathe Robinson (Charlie Bruneau).Hélène menangkap basah percintaan terlarang itu dalam sebuah acara penggalangan dana untuk merenovasi gedung Philharmonia.
Kecewa dan merasa dikhianati membuat kondisi kejiwaan Hélène terganggu. Ibunya penderita Huntington disease, gangguan otak progresif yang disebabkan oleh gen yang rusak. Hélène mestinya melakukan pemeriksaan DNA agar mengetahui kemungkinan mewarisi penyakit turunan tersebut. Namun ia selalu menolak saran ayahnya. Pun sampai saat kematian sang ibu yang menyisakan prasangka. Apakah penyakit itu yang membunuhnya atau justru Hélène ?
Keterkaitan Hélène dengan kematian lainnya juga terjadi di malam penggalangan dana. Jeff, yang tak dipilih bermain music chamber, menjadi sangat marah dan pergi ke pinggir Sungai Rhein. Keesokan paginya, polisi menemukannya tewas tenggelam.Saint-Just yang diam-diam menjalin asmara dengan Jeff semakin curiga dengan Hélène . Ia menemukan kiriman pesan teks untuk Hélène di ponsel Jeff.
Philharmonia
Dalam sebuah konser, Hélène jatuh pingsan. Kejadian ini dijadikan alasan Saint-Just untuk mengganti posisinya dengan konduktor tua, Julien Giacomo. Masuknya Julien Giacomo ditentang mayoritas anggota orkestra. Mereka sudah terbiasa dengan kepemimpinan Hélène. Walau terkesan otoriter, tapi kemampuannya di atas rata-rata. Hélène dapat mengetahui perasaan setiap musisi ketika memainkan alat musiknya. Hélène juga telah terbukti hapal partitur komposisi klasik di luar kepala.
Saat pemain musik yang mogok berlatih di rumah pemimpin serikat pekerja, Yvan Borowski (François Vincentelli), Vladimir ikut minum teh dari tumbler yang dibawa Hélène. Saat pulang, pemain biloa itu mengalami kecelakaan dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Kecelakaan ini membuat prasangka buruk Saint-Just terhadap Hélène berada di puncaknya. “Kamu membawa kematian di mana-mana,” ucapnya di rumah sakit. Kalimat itu akhirnya memicu Hélène kembali ke Amerika. Ia merasa telah gagal. Namun, menjelang keberangkatannya ke bandara, ayah dan dokternya datang membawa kabar penting. Ternyata Hélène telah diracun.
Philharmonia adalah mini seri enam episode hasil karya Marine Gacem. Menghiasi sejumlah layar kaca Eropa pada 2019, dan kini dapat disaksikan di Mola. Film ini mengambil lokasi syuting di gedung konser The Philharmonie de Paris. Sebuah kompleks seni milik pemerintahan Prancis yang komplet, terdapat ruang pameran dan kamar-kamar khusus para pemain musik berlatih.
Philharmonia menyajikan intrik dalam kehidupan musisi orkestra. Intrik tersebut semakin muncul ke permukaan ketika kehidupan di luar panggung menjadi sorotan cerita. Terutama sisi emosional tentang Hélène dan Selena, dua tokoh sentral di film ini. Mereka sama-sama kehilangan ibu, tetapi berbeda dalam menyikapinya.
Bagi Hélène , kehilangan ibu karena menderita sakit memberinya prasangka dan dugaan tentang masa depan yang harus disiapkan, yakni melalui pistol untuk mengakhiri penderitaan. Sedangkan bagi Selena, rasa kehilangan itu memunculkan prasangka yang mempengaruhi kejiwaan.
Satu hal pasti, menyaksikan Philharmonia di Mola dapat menimbulkan penasaran untuk berlanjut ke episode berikutnya. Dan, bersiap tercengang seperti Saint-Just terkejut mendengar kalimat Vladimir. “Selama ini kita salah duga,” ujarnya.
Penasaran bukan dengan akhir cerita Helene? Saksikan Philharmonia hanya di Mola (*)