TEMPO.CO, Jakarta - Sakit maag tak kunjung sembuh? Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr. Irsan Hasan Sp.Pd, mengingatkan agar waspada bila sakit maag tak kunjung sembuh meski sudah diobati karena mungkin yang dirasakan adalah gejala kanker hati.
"Tidak selalu mudah membedakan kanker hati dan maag," kata Irsan.
Untuk memastikan kondisi pasien yang sebenarnya, perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti USG hati, pengukuran AFP (Alfa Feto Protein) dan PIVKA II (Protein Induced by Vitamin K Absence or Antagonist). Jika pasien diduga kanker hati, metode pemeriksaan tambahan lainnya untuk mendukung diagnosis meliputi biopsi hati, MRI abdomen, dan CT-scan abdomen.
Pada umumnya, kanker hati tidak bergejala sampai stadium lanjut. Tapi, sebagian orang bisa mengalami nyeri pada perut, perut membesar, kulit dan mata menguning, mudah memar dan perdarahan, serta berat badan turun tanpa alasan jelas.
Irsan mengatakan kanker adalah penyakit progresif yang semakin lama semakin memburuk sementara penyakit maag hilang dan timbul. Jadi, jika rasa sakitnya tak kunjung hilang dan semakin memburuk meski sudah diobati, segera periksakan ke dokter untuk menjalani USG dan endoskopi. Orang juga harus waspada bila berat badan semakin turun tanpa alasan yang jelas.
"Kalau kanker semakin besar, berat badan turun. Kalau sakit maag terus menerus dan badan semakin kurus, hati-hati," imbaunya.
Dengan jumlah kasus yang mencapai 21.392 orang pada tahun 2020, kanker hati adalah salah satu kanker yang paling tinggi menyebabkan kematian di Indonesia. Kanker hati juga merupakan penyebab kematian akibat kanker peringkat ke-4 di Indonesia dengan angka prevalensi 5 tahun sebesar 22.530 kasus.
Karsinoma sel hati (hepatoselular karsinoma/HCC) merupakan salah satu tipe kanker hati utama yang paling umum dengan prognosis (perjalanan penyakit) yang buruk. Di dunia terdapat sekitar 750.000 orang per tahunnya terdiagnosis karsinoma sel hati (HCC) dan umumnya sudah pada stadium lanjut. Di Indonesia, insiden karsinoma sel hati terjadi pada 13,4 per 100.000 penduduk.
Kanker hati berisiko pada orang-orang tertentu, yakni kelompok yang punya penyakit hati seperti sirosis dan hepatitis B atau hepatitis C. Dia mengatakan, pasien dengan penyakit hati kronis walau fisiknya terlihat baik-baik saja tetap harus dalam pengawasan dan rutin memeriksakan diri sebelum terlambat. Kanker hati juga berisiko untuk orang-orang yang memiliki riwayat genetik penyakit tersebut.
Pencegahan kanker hati bisa juga dilakukan dengan vaksinasi hepatitis untuk bayi, skrining ibu hamil untuk memastikan virus hepatitis tidak tertular kepada bayi sebab masalah kanker hati besar di Indonesia karena tingkat hepatitis juga tinggi.
Baca juga: Sakit Maag, Ini Pemicunya Menurut Pakar