TEMPO.CO, Jakarta - Pernah pada satu momen tertentu, Anda kesulitan, atau tidak tahu harus bagaimana menyingkirkan barang-barang yang Anda miliki. Atau Hoarding disorder?
Bukan tidak tahu ke mana harus membuangnya, tetapi bagi Anda setiap barang yang ada di kamar atau yang Anda miliki semuanya punya arti atau berfungsi. Entah kapan, Anda merasa barang-barang tersebut akan ada gunanya pada satu waktu tertentu.
Intinya, semua barang yang Anda miliki ada manfaatnya, ada artinya, sehingga Anda eman-eman bila harus menyingkirkan atau membuangnya. Akibatnya, barang-barang yang Anda punya menumpuk, padahal tak ada satu pun atau banyak yang sebenarnya Anda tidak perlukan.
Kondisi atau situasi tersebut disebut dengan hoarding disorder. Pada tingkat tertentu dengan tingkat keparahan yang membuat seseorang tak tahu dan kesulitan membuang barang-barang yang miliki, kondisi ini bisa menjadi penyakit kejiwaan.
Berdasarkan penjelasan Hoarding.iocdf.org, disebutkan bahwa hoarding disorder adalah penyakit kejiwaan obsessive compulsive disorder di mana pengidapnya menimbun barang secara berlebihan, yang mungkin dianggap tidak berharga oleh orang lain. Pengidap mengalami kesulitan mendalam untuk membuang atau menyingkirkan benda-benda yang dianggapnya berharga.
Situs psychiatry.org menjelaskan, penimbunan yang dilakukan pengidap hoarding disorder tidak sama dengan seseorang yang mengumpulkan barang-barang tertentu atau kolektor. Kolektor kerap mengumpulkan barang tertentu yang disukai, lalu dirawat dan dipajang dengan rapi. Sedang orang dengan horading disorder biasa juga disingkat HD kerap menyimpan barang secara acak dan menyimpannya sembarangan.
Dalam beberapa kasus, pengidap hoarding disorder memiliki kekhawatiran akan membutuhkan barang tersebut di masa depan, sehingga tidak mau membuangnya. Kasus lain, pengidap HD menganggap barang yang ditimbunnya sangat berharga, memiliki nilai sentimental, sementara beberapa lainnya merasa nyaman dikelilingi benda-benda yang mereka timbun.