TEMPO.CO, Jakarta - Kata krisis identitas cukup populer dan sering bersliweran di media sosial. Kata ini cukup sering digunakan oleh para remaja yang tengah kebingungan akan dirinya sendiri di beberapa platform media sosial, seperti Instagram dan Twitter.
Krisis identitas merupakan peristiwa perkembangan yang melibatkan seseorang mempertanyakan diri sendiri atau keberadaan mereka di dunia. Konsep ini berasal dari karya psikolog perkembangan Erik Erikson, yang percaya bahwa pembentukan identitas adalah salah satu konflik terpenting yang dihadapi orang.
Bagaimana gejala krisis identitas?
Penting untuk dicatat bahwa krisis identitas bukanlah diagnosis yang sebenarnya. Sebaliknya, seseorang yang mengalami krisis identitas mungkin menemukan diri mereka disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu:
- Apa yang saya sukai?
- Apa keyakinan spiritual saya?
- Apa nilai-nilai saya?
- Apa peran saya dalam masyarakat atau tujuan hidup?
- Siapa saya?
Pertanyaan ini mungkin secara umum, atau berkaitan dengan hubungan, usia, dan/atau karier Anda.
Sementara setiap orang mempertanyakan rasa diri mereka dari waktu ke waktu, Anda mungkin mengalami krisis identitas jika Anda sedang mengalami perubahan besar atau waktu stres dalam hidup dan pertanyaan di atas mulai mengganggu kehidupan sehari-hari Anda.
Perlu diketahui bahwa memiliki perasaan negatif tentang diri sendiri atau hidup Anda dapat menjadi indikator kerentanan depresi. Jika Anda juga mengalami gejala depresi seperti suasana hati yang buruk, kehilangan minat, kelelahan, dan lekas marah, Anda harus berbicara ke dokter atau profesional kesehatan mental Anda.
Apa saja penyebab krisis identitas?
Orang cenderung mengalaminya di berbagai titik sepanjang hidup, terutama pada titik perubahan besar, termasuk:
- Memulai hubungan baru
- Mengakhiri pernikahan atau kemitraan
- Mengalami peristiwa traumatis
- Memiliki anak
- Belajar tentang kondisi kesehatan
- Kehilangan orang yang dicintai
- Kehilangan atau memulai pekerjaan
Penelitian juga menunjukkan bahwa ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi apakah seseorang mengalami apa yang sering disebut sebagai krisis paruh baya. Faktor-faktor tersebut termasuk masalah kesehatan, stres, dan dukungan sosial.
Memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian ambang juga dapat meningkatkan kemungkinan mengalami krisis identitas.
Bagaimana cara mengatasinya?
Dalam banyak kasus, ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengatasi krisis identitas Anda sendiri. Beberapa hal yang mungkin berguna saat Anda menghadapi pertanyaan tentang identitas Anda meliputi:
- Menjelajahi keyakinan dan minat Anda: Ketika Anda mempertanyakan diri Anda, akan sangat membantu untuk melihat ke dalam dan memikirkan hal-hal yang Anda sukai.
- Mempertimbangkan tujuan Anda: Luangkan waktu untuk memikirkan tujuan hidup Anda. Krisis identitas mungkin merupakan tanda bahwa beberapa kebutuhan saat ini tidak terpenuhi, jadi menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat membawa rasa kepuasan yang lebih besar dalam hidup Anda.
- Minta dukungan: Memiliki teman dan keluarga untuk bersandar dapat membantu Anda. Jaringan dukungan sosial yang kuat adalah bagian penting dari kesejahteraan mental dan juga dapat menjadi cara untuk mendapatkan umpan balik dan dorongan yang Anda butuhkan untuk merasa nyaman dengan identitas Anda.
Jika krisis identitas menciptakan tekanan yang signifikan dan mengganggu kemampuan Anda untuk berfungsi secara normal, dokter atau terapis Anda dapat merekomendasikan beberapa pilihan perawatan yang berbeda. Ini mungkin termasuk:
- Psikoterapi: Terapi dapat membantu untuk mengatasi beberapa masalah mendasar yang mungkin berkontribusi pada krisis identitas Anda. Salah satu pendekatan yang dikenal sebagai terapi perilaku kognitif (CBT) bekerja untuk mengatasi pikiran dan perilaku negatif yang dapat menyebabkan masalah dengan pandangan Anda tentang diri sendiri.
- Obat: Jika gejala Anda disertai dengan kecemasan atau depresi, dokter Anda mungkin juga meresepkan obat untuk membantu kondisi tersebut.
VALMAI ALZENA KARLA