Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kiat Mudah Redakan Kemarahan dan Emosi

Reporter

image-gnews
Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kemarahan adalah bentuk emosi yang wajar dan sehat untuk melindungi, membantu melepaskan stres, dan dapat memunculkan kata-kata dan perasaan yang mungkin perlu diungkapkan untuk membantu pertumbuhan sebuah hubungan. Tetapi cara orang menangani perasaan marah dapat membawa hasil yang berbeda.

“Tidak ada yang salah dengan kemarahan, yang penting apa yang dilakukan dengannya,” kata Dr. Joseph Shrand, instruktur psikiatri di sekolah Kedokteran Harvard dan penulis Outsmarting Anger:7 Steps for Defusing Our Most Dangerous Emotion, seperti dilansir dari Today.

Sangat membantu untuk memahami mengapa orang marah. Dalam hubungan manusia, kemarahan adalah emosi yang muncul ketika merasa kita telah dianiaya atau diperlakukan dengan buruk.

“Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk memperbaiki yang salah. Namun, ketika menyerah pada dorongan pertama, kita biasanya memperburuk keadaan.” kata Gary Chapman, penulis The 5 Love Languages.

Shrand memiliki pendapat serupa. “Kita merasa marah karena ingin sesuatu yang berbeda. Kita berharap orang akan berhenti melakukan sesuatu atau mulai melakukan sesuatu,” katanya.

Dia menjelaskan ketika marah, bagian otak yang bertugas mengelola respons emosional yang dikenal sebagai sistem limbik, siap untuk bertarung. Dalam keadaan seperti itu, kita bisa menjadi impulsif, irasional, dan menyerang tanpa berpikir.

"Kemarahan adalah bagian dari respons melawan-atau-lari otak, jadi itu ada hubungannya dengan naluri bertahan hidup kita," kata Stephen Dansiger, dokter desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata dan penulis Mindfulness for Anger Management.

Dia menggambarkan beberapa respons fisiologis tubuh saat marah, yakni peningkatan denyut jantung, ketegangan otot, berkeringat, pendengaran dan penglihatan yang meningkat. Lalu, apa yang harus dilakukan dengan kemarahan?

Cara terbaik untuk mengatasi kemarahan, kata para ahli, adalah dengan meredakannya. Itu berarti melakukan apapun untuk mengingatkan otak sebenarnya tidak ada ancaman atau keadaan darurat dan inilah saatnya untuk tenang.

“Ada banyak penelitian tentang cara menenangkan dan melatih kembali sistem saraf,” kata Dr. Laura Markham, psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting.

Dia menyarankan teknik seperti menjalankan tangan di bawah air dingin, mengambil napas dalam-dalam, menghirup udara segar, bersenandung, menggoyangkan pergelangan tangan, menghitung mundur dari 100 sampai Anda mulai merasa tenang kembali, atau bahkan memaksakan tawa atau senyuman untuk mengelabui otak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ini semua adalah cara yang didukung penelitian untuk menenangkan diri pada saat ini,” jelasnya.

Teknik lain yang disarankan Shrand adalah meletakkan telapak tangan di dahi. “Tepat di belakang dahi adalah korteks prefrontal, bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk pemikiran rasional,” ujarnya.

Menyentuh daerah itu, mengingatkan otak untuk menjaga reaksi frontal (logis), dan limbik (emosional). Menyadari kemarahan juga membantu.

“Masalah kemarahan dapat dihindari dengan menggunakan skala perhatian 1 sampai 10 untuk sesekali memeriksa tingkat kemarahan,” tutur Dansiger.

Melakukannya mengalihkan otak dari respons emosional ke respons logis dengan cara yang sama seperti yang dilakukan telapak tangan di dahi. Menetapkan angka pada kemarahan juga dapat membantu mengenali apakah Anda benar-benar marah, hanya kesal, atau bereaksi berlebihan. Chapman menawarkan ide ini, saat pasangan saling marah.

“Cukup gunakan tanda time out yang digunakan wasit dalam pertandingan olahraga,” katanya.

Itu memberi sinyal kepada orang lain dan diri sendiri bahwa kita perlu istirahat sebentar. Lagi pula, terkadang hal terbaik yang harus dilakukan saat sedang marah adalah pergi selama beberapa menit.

“Saat pergi, saya tidak lagi memanaskan situasi dan begitulah sebagian besar kemarahan keluar dari kendali, melalui eskalasi individu atau timbal balik,” jelasnya.

Baca juga: Sering Marah-marah Bisa Memicu Stroke, Diabetes dan Penyakit Jantung

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kanker Menyerang Tulang, Shannen Doherty Ungkap Banyak Hal yang Ingin Dilakukan

20 jam lalu

Shannen Doherty. Instagram.com/@theshando
Kanker Menyerang Tulang, Shannen Doherty Ungkap Banyak Hal yang Ingin Dilakukan

Shannen Doherty awal tahun ini sempat menjalani pengobatan dan operasi otak


Cegah Aneurisma dengan Rutin Skrining Otak

3 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Cegah Aneurisma dengan Rutin Skrining Otak

Aneurisma adalah penggelembungan pembuluh darah pada otak, dapat dialami oleh siapa pun, terutama yang memiliki riwayat keluarga masalah tersebut.


4 Khasiat Tanaman Rosemary, Salah Satunya Ampuh untuk Tumbuhkan Rambut

4 hari lalu

Ilustrasi minyak rosemary. Foto: Freepik.com/Jcomp
4 Khasiat Tanaman Rosemary, Salah Satunya Ampuh untuk Tumbuhkan Rambut

orang kerap mengambil daun rosemary untuk dimanfaatkan karena khasiatnya yang luar biasa.


Psikolog Sebut Penyebab Perempuan Rentan Alami Kekerasan

6 hari lalu

Ilustrasi KDRT. radiocacula.com
Psikolog Sebut Penyebab Perempuan Rentan Alami Kekerasan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan. Berikut penjelasan psikolog.


Mengenali Kekerasan Emosional dan Dampaknya

9 hari lalu

Ilustrasi marah (pixabay.com)
Mengenali Kekerasan Emosional dan Dampaknya

Kekerasan emosional atau emotional abuse perilaku kekerasan nonfisik yang bertujuan menyakiti atau membuat orang lain tak nyaman


Saran Psikolog agar Depresi Tidak Kambuh

12 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Saran Psikolog agar Depresi Tidak Kambuh

Seperti penyakit, depresi juga bisa kambuh. Psikolog beri saran untuk mengatasinya.


Mengapa Bayi di Bawah 1 Tahun Tidak Boleh Diberi Madu?

14 hari lalu

Ilustrasi kurma dan madu. shutterstock.com
Mengapa Bayi di Bawah 1 Tahun Tidak Boleh Diberi Madu?

Risiko utama memberikan madu terlalu cepat pada bayi berusia di bawah 12 bulan adalah mengalami botulisme.


Stres Ternyata Punya Dampak Positif, Apa Saja?

15 hari lalu

ilustrasi stres (pixabay.com)
Stres Ternyata Punya Dampak Positif, Apa Saja?

Beberapa jenis stres dapat memberikan dampak positif bagi individu.


Hubungan Tidak Nyaman, Bisa Jadi karena Pasangan Abusif

16 hari lalu

Ilustrasi pasangan. shutterstock.com
Hubungan Tidak Nyaman, Bisa Jadi karena Pasangan Abusif

Untuk mengetahui apakah hubungan dengan pasangan sehat atau tidak, cobalah pahami beberapa sikapnya, bisa jadi dia bertipe abusif.


Benarkah Pasangan Orang yang Tepat? Cek dari Tanda Berikut

20 hari lalu

Ilustrasi pasangan bermasalah. Shutterstock.com
Benarkah Pasangan Orang yang Tepat? Cek dari Tanda Berikut

Kadang, hal-hal indah di awal hubungan tak selalu sama ketika sudah bersama pasangan beberapa waktu. Apa yang perlu diperhatikan di sejak awal?