TEMPO.CO, Jakarta - Melansir dari www.mind.org.uk perasaan marah dapat muncul sesuai dengan cara Anda mengartikan serta bereaksi menghadapi suatu situasi. Situasi yang membuat Anda marah belum tentu dapat menyebabkan orang lain juga ikut marah. Tetapi penafsiran yang berbeda tersebut tidak bisa semuanya diartikan salah saat Anda marah.
Umumnya, alasan yang memicu orang untuk marah-marah berbeda pada setiap individu. Namun biasanya situasi seperti merasa terancam atau diserang, frustrasi atau tidak berdaya, berlaku atau diperlakukan tidak adil, dan tidak menghargai perasaan dapat memantik amarah seseorang.
Baca Juga:
Melansir dari my.clevelandclinic.org gangguan mental yang ditandai dengan kemarahan yang tidak berasalan disebut gangguan eksplosif intermiten. Orang yang menderita gangguan ini tidak mengenal situasi saat amarahnya meledak.
Selama hidupnya, 1 sampai 7 persen seseorang akan mengalami gangguan ini. Penderita gangguan eksplosif intermiten biasanya adalah anak-anak berusia enam tahun dan anak remaja, namun kerap kali diderita oleh orang yang usinya di bawah 40 tahun. 82 persen penderita gangguan ini juga mengalami depresi, kecemasan atau gangguan penyalahgunaan zat.
Penyebab pasti gangguan ini belum diketahui, akan tetapi beberapa faktor yang turut menjadi pengaruhnya telah teridentifikasi. Seperti komponen genetik, tertekan sebab pelecehan verbal dan fisik saat kanak-kanak, tingkat serotunim bervariasi, mengalami peristiwa yang menimbulkan trauma, gangguan mental, dan gangguan kepribadian antisocial.
Baca Juga:
Mudah marah, rasa ketegangan meningkat, pikiran mudah kalap, tremor dan sesak dada, kerap berteriak dan bertengkar, mengancam atau menyerang orang lain serta merusak barang adalah gejala yang ditimbulkan saat seseorang mengalami gangguan eksplosif intermiten. Biasanya ini berlangsung selama 30 menit, kemudian setelah ledakan mereda penyesalan dan rasa malu akan datang berikutnya.
PUSPITA AMANDA SARI
Baca: Penyebab Seseorang Mudah Marah dan Cara Mengendalikannya