TEMPO.CO, Jakarta - Sakit kepala kerap dianggap remeh tapi sangat mengganggu. Nyeri kepala mengakibatkan penderitanya tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu. Riset menunjukkan, sakit kepala bisa menghambat produktivitas sampai 33 persen.
Country Medical Lead Bayer Consumer Health, Bayer Indonesia, dokter Riana Nirmala Wijaya mengaatakan, penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi adalah kelelahan dan kurang tidur. "Kondisi ini menyebabkan nyeri kepala sampai 50 persen," katanya dalam konferensi pers daring Saridon Extra pada Sabtu, 23 Oktober 2021.
Baca Juga:
Beberapa kebiasaan lain yang memicu sakit kepala di masa pandemi Covid-19, menurut dia, stres meningkat, terlalu lama berada di depan laptop atau komputer, hingga memakai masker yang tidak tepat atau terlalu ketat sehingga menekan wajah. Berikut lima cara agar terhindar dari sakit kepala:
- Minum air putih
Minum air putih sebanyak delapan sampai sebelas gelas per hari. - Bergerak
"Jangan mager alias malas bergerak. Olahraga supaya peredaran darah lancar," kata Riana. Lakukan aktivitas fisik paling sedikit 30 menit per hari atau setara 10 ribu langkah per hari. - Jangan terlalu ketat memakai masker
Sesuaikan penggunaan masker dengan bentuk wajah dan jangan terlampau ketat, terutama di bagian rahang. Perlu juga mengistirahatkan otot wajah setelah seharian memakai masker. - Mengelola stres
Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai merupakan salah satu upaya mengelola stres. Mengendalikan stres dapat mencegah sakit kepala. Riana mengatakan, delapan dari sepuluh pasien yang stres mengalami sakit kepala.IklanScroll Untuk Melanjutkan - Cukup istirahat
Ketika bekerja di depan komputer, beri waktu istirahat setiap dua jam agar mata tidak cepat lelah. Istirahat atau tidur cukup akan membuat tubuh lebih segar dan terbebas dari sakit kepala.
Riana melanjutkan, survei Bayer menunjukkan, konsumen yang sakit kepala membutuhkan obat pereda nyeri yang efektif alias cespleng dan dalam dosis yang rendah. "Cukup minum sekali langsung sembuh dan tidak perlu minum lebih dari satu macam obat," ujarnya.
Baca juga:
Membedakan Sakit Kepala Wajar dan yang Parah Sampai Harus ke Dokter
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.