TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan Laring Faring Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI RSCM, Fauziah Fardizza mengatakan, gangguan obstructive sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur bisa berakibat fatal.
Obstructive sleep apnea terjadi karena jalan napas di bagian belakang tenggorokan tersumbat atau tertutup sejenak, selama sekitar sepuluh detik. Kondisi ini berakibat henti napas sejenak yang disertai penurunan kadar oksigen di dalam tubuh.
Ketika kadar oksigen turun, jantung bekerja lebih cepat, dan pembuluh darah menyempit. Tekanan darah meningkat, denyut nadi semakin cepat, volume darah tinggi, inflamasi, dan stres. "Ketika penderita sleep apnea mendengkur semakin keras dan henti napas yang diikuti dengan tersedak, biasanya asam lambung juga akan tersedot ke atas dan mengakibatkan daerah atas menjadi bengkak. Semakin bengkak, jalan napas kian tertutup," kata Fauziah dalam diskusi daring.
Fauziah menjelaskan, obesitas atau kegemukan dapat meningkatkan faktor risiko obstructive sleep apnea karena penumpukan lemak di daerah belakang faring berpotensi menghambat aliran napas saat tidur. Penderita gangguan napas saat tidur yang mengalami obesitas memiliki kadar hormon leptin yang rendah dan tingi grelin.
Leptin adalah hormon yang mengirim sinyal kenyang, sementara grelin mengirim sinyal lapar. "Jadi didominasi hormon grelin, maka orang obesitas yang mengidap obstructive sleep apnea sering merasa lapar dan sulit menurunkan berat badan," tutur Fauziah. Sebab itu, penanganan obstructive sleep apnea pada orang yang mengalami obesitas harus disertai dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
Jika menempuh jalur medis, maka penderita obstructive sleep apnea harus menggunakan peralatan medis, misalkan Continous Airway Pressure atau CPAP yang bekerja memasukkan tekanan udara pada saluran napas. Ada pula pemakaian alat oral yang dapat membantu supaya lidah pasien tidak menghalangi bagian belakang jalan napas.
Bisa juga lewat pembedahan Cautery Assisted Palato Stiffening Oeration (CAPSO) untuk mengangkat uvula yang panjang di daerah langit-langit lunak serta concha reduction untuk mengempiskan struktur lekukan bagian dalam hidung yang membesar. Penanganan obstructive sleep apnea melalui pembedahan pada anak dapat dilakukan dengan mengangkat amandel dan adenoid. Pembedahan pada orang dewasa bisa dilakukan dengan memperbaiki sumbatan hidung dan mengurangi ukuran lidah, memperbaiki posisi tulang rahang, memperbaiki gigi, serta memperluas rongga jalan napas atas.
Fauziah menambahkan metode klasik penanganan obstructive sleep apnea dengan menerapkan positional theraphy. Caranya, pasien tidur miring pada satu sisi. Kemudian taruh atau tempelkan bola di belakang punggungnya supaya tidak tidur dalam posisi telentang.
Penelitian Yale School of Medicine pada 2007 menunjukkan obstructive sleep apnea dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau kematian sebesar 30 persen selama empat hingga lima tahun. Riset American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine pada 2010 menyatakan gangguan obstructive sleep apnea juga membuka peluang stroke sebanyak dua hingga tiga kali.
Baca juga:
Penyebab Orang Mendengkur dan Cara Menguranginya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.