TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga orang penderita diabetes tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit tersebut. Di Indonesia, perbandingan tersebut menjadi dua dari tiga orang. Padahal jika abaikan, diabetes dapat menyebabkan komplikasi serius dan menyebabkan kematian lebih cepat dari seharusnya. Lalu bagaimana mengenali gejala diabetes melitus atau DM dan cara mencegahnya?
Melansir dari laman p2ptm.kemkes.go.id, diabetes merupakan salah satu dari delapan penyakit utama yang mengakibatkan kematian pada orang dewasa. Menderita diabetes memperbesar kemungkinan dua kali lebih besar terkena serangan jantung. Selain itu, diabetes adalah penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, amputasi tungkai bawah. Menderita penyakit ini dalam jangka panjang juga membuat mutu hidup menjadi lebih rendah.
Melansir dari laman UNAIR, Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atau UNAIR, dr Soebagijo Adi Soelistijo, mengungkapkan, diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, saraf.
Dia mengatakan mengenali gejala diabetes melitus dapat diketahui melalui keluhan-keluhan yang dirasakan oleh penderita. Keluhan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu keluhan klasik DM dan keluhan lainnya. Keluhan klasik meliputi poliuria, polidipsia, polifagi, atau banyak makan dan disertai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Sementara itu keluhan lain meliputi lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Soelistijo menjelaskan, terdapat dua gejala pada penderita DM, yaitu gejala akut dan gejala kronis. Gejala akut meliputi tiga kelebihan, yaitu kelebihan makan, minum, kencing, dengan keluhan tambahan seperti nafsu makan turun, mudah capai, berat badan turun, dan apabila kondisi lanjut bisa koma. “Gejala akut disebut ‘tiga banyak’ yaitu banyak makan, banyak minum, banyak kencing. Kemudian juga disertai dengan nafsu makan turun, mudah capek, mungkin berat badan juga turun, kemudian jika dibiarkan berlanjut bisa koma,” katanya saat mengisi webinar Airlangga Medical Scientific Week (AMSW) yang diselenggarakan oleh FK UNAIR.
Sedangkan gejala kronis yaitu kesemutan, kulit terasa panas dan tebal, kram, mudah lelah dan ngantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal sekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun, dan ibu hamil sering keguguran atau melahirkan bayi lebih dari empat kilogram. “Gejala kronis yang sering membawa pasien ke dokter, gejala kronis ini sebenarnya sudah agak terlambat,” jelasnya.
Dia menyebut cara pencegahan diabetes melitus terbagi menjadi tiga, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer atau mencegah terkena diabetes melitus, meliputi pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan menghentikan kebiasaan merokok. Sementara untuk kelompok risiko tinggi perlu diintervensi farmakologis.
Pencegahan sekunder atau mencegah komplikasi yaitu mengendalikan gelikemik dan faktor risiko tinggi, rajin cek-up untuk mendeteksi adanya komplikasi awal, dan vaksinasi. Sedangkan pencegahan tersier atau mencegah disabilitas dan kematian yaitu mencegah kecacatan, rehabilitasi dini, dan perlu pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi.
“Genetik tidak harus menjadi diabetes, ada kaitannya memang tapi diabetes juga bergantung faktor lain. Kalau jauh-jauh hari kita sudah tahu ada gen diabetes maka bisa dilakukan deteksi dini artinya pola hidupnya benar-benar harus hati-hati,” katanya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Segera Cek Gula Darah Jika Merasakan 3 Gejala Diabetes Berikut
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.