TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis fungsional di RSUP Dr. Sardjito, DR. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., mengatakan saat bisa memberikan perhatian positif pada orang lain, maka sebenarnya kesehatan mental terjaga.
"Ketika bisa memberikan perhatian yang positif pada orang lain, kita sebetulnya sehat mental karena kalau tidak sehat mental akan sulit memberikan perhatian positif yang tulus," katanya.
Menurut Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu, orang sehat secara mental berdasarkan definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satunya menyadari kemampuannya atau mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
"Mereka bersedia mengembangkan potensi yang ada dan juga mengatasi kekurangan-kekurangannya. Dengan kondisi itu ia mampu mengatasi tekanan kehidupan," tuturnya.
Tanda lain, mampu bekerja secara produktif yang tak terbatas pada menghasilkan uang. Produktif mencakup hal kecil atau menghasilkan sesuatu, termasuk bisa menyenangkan orang lain. Selain itu, orang sehat mental juga bisa ditandai mampunya berkontribusi di dalam kelompoknya. Kontribusi ini luas, yakni bisa sekedar memberikan perhatian atau membantu teman.
Di sisi lain, Indria juga mengatakan orang juga perlu meregulasi diri, menjaga emosionalitas positif dan kesejahteraan subjektifnya seperti rasa damai dan rasa tenang. Jujur dengan perasaan diri dan berkata pada orang lain pun diperlukan walau tak mudah. Ada orang-orang tertentu yang bisa dipercaya menyampaikan apa yang dirasakan.
Pada masa kini, anak-anak muda terbiasa menuliskan isi hati, bahkan kondisinya, di media sosial. Indria mengingatkan adanya batasan hal-hal yang bisa dibawa ke ranah publik dan tidak, agar justru tidak menimbulkan sesuatu tak diinginkan.
"Respons yang diberikan tidak membuat kondisi lebih baik tetapi justru sebaliknya. Ini kadang terjadi. Ada hal-hal yang perlu kita keep dan berhati-hati kepada siapa kita menyampaikan hal itu," pesan Indria.
Baca juga: Jangan Takut, Nonton Film Horor Ternyata Baik buat Kesehatan Mental