TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan produk tembakau alternatif dinilai 50 persen lebih efektif dalam mengurangi ketergantungan pada rokok konvensional daripada melakukan terapi pengganti nikotin. Begitu menurut studi di Universitas Queensland, Australia.
Riset lain yang dilakukan University College London (UCL) menemukan penggunaan produk alternatif bisa membantu sekitar 50 ribu perokok setiap tahun untuk meninggalkan kebiasaan mengisap tembakau.
"Rasanya jelas untuk mengatakan menggunakan produk tembakau alternatif yang memenuhi standar konsumen saat ini jauh lebih tidak berbahaya daripada merokok. Perokok yang mencoba berhenti dapat mencoba produk ini,” kata profesor emeritus toksikologi Imperial College London, Alan Boobis, dilansir dari laman CBS.
Untuk itu, perokok yang berniat untuk mengurangi atau berhenti bisa menggunakan produk alternatif, misalnya vape, yang sudah mendapatkan lisensi dari otoritas kesehatan di setiap negara. Pasangan suami-istri asal Australia, Dylan dan Tash Barlow, kepada laman ABC menyatakan mereka akhirnya terlepas dari jerat rokok setelah menggunakan produk alternatif.
"Begitu menggunakan vape, saya tidak butuh rokok lagi. Kami masih mendapatkan nikotin dan secara bertahap dapat menguranginya juga,” kata Tash.
Sebelum beralih ke produk tembakau alternatif, Tash mencoba berbagai cara untuk berhenti merokok, seperti mengunyah permen atau berolahraga. Namun, hasrat merokok tetap ada sehingga ia gagal. Ketika menggunakan produk alternatif, kebutuhan untuk mendapatkan nikotin tetap terpenuhi namun lebih rendah risiko dibanding merokok konvensional yang dibakar dan menghasilkan residu asap (TAR) sebagai penyebab kanker.
Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Dr. drg Amaliya, M.Sc, PhD, mengatakan menggunakan produk tembakau alternatif sebagai pengganti rokok memang bukan berarti sepenuhnya terbebas dari risiko. Meski demikian, ia mengatakan risiko yang ditimbulkan penggunaan produk tembakau alternatif jauh lebih rendah dibanding rokok.
"Jika mengedepankan data, produk tembakau alternatif lebih rendah risiko dibandingkan rokok yang dibakar. Memang tidak 100 persen bebas risiko kesehatan, namun produk ini bisa menjadi alternatif bagi perokok dewasa yang masih ingin mendapatkan akses mengonsumsi nikotin,” katanya.