TEMPO.CO, Jakarta - Alergi pakaian juga dikenal sebagai dermatitis kontak tekstil disebabkan oleh kontak langsung dengan suatu zat dan reaksi alergi. Dokter kulit Ophelia Veraitch menjelaskan pakaian dan kain tertentu dapat membuat kulit gatal dan meradang.
Alergi pakaian bisa lebih sering terjadi pada bulan-bulan dingin karena kain sintetis dan bahan seperti wol yang sering digunakan. Ada dua penyebab alergi pakaian yang berbeda, yakni reaksi iritasi dan reaksi kekebalan yang tertunda.
“Reaksi iritasi terhadap serat kain lebih sering terjadi pada serat sintetis seperti nilon, poliester, dan spandeks daripada serat alami seperti linen, sutra, dan katun. Sementara reaksi kekebalan yang tertunda, atau alergi kontak, disebabkan oleh bahan kimia yang ditambahkan ke kain selama produksi," ujar Veraitch, dilansir dari Express.
Yang terakhir biasanya disebabkan oleh bahan akhir yang digunakan dalam industri pakaian untuk memproses kain termasuk resin finishing formaldehida, penghambat api dan pewarna seperti para-fenilenediamin. Dokter menjelaskan bahan finishing ini ditambahkan untuk membuat pakaian tahan air dan tahan terhadap kerutan dan susut.
Dia juga mengingatkan penyebab lain yang mungkin menyebabkan alergi mungkin deterjen yang digunakan. Dokter menunjukkan ruam merah, kulit gatal dan bersisik yang sangat tidak nyaman pada kulit sebagai gejala utama. Adapun, tanda-tanda mengalami alergi karena pakaian adalah sebagai berikut:
-Ruam pada kulit
-Kulit kemerahan
-Kulit gatal
-Mata berair
-Pilek.
Kadang-kadang gejalanya muncul dalam beberapa jam setelah pakaian bersentuhan dengan kulit. Di lain waktu bisa memakan berhari-hari atau berminggu-minggu. Area yang paling mungkin terkena dampak adalah tempat-tempat di mana kulit berada dalam kontak terdekat dengan pakaian, area kain bergesekan dengan kulit.
Area yang paling sering terkena alergi pakaian menurut dokter adalah bagian belakang lutut, ketiak, area di bawah sendi tempat lengan terhubung dengan bahu, selangkangan, dan bokong. Rasa gatal yang terus-menerus terkait dengan kondisi ini dalam beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi kulit atau bahkan menjadi tanda kondisi lain yang lebih parah.
Baca juga: Makan Kerang Bambu Bisa Tingkatkan Kekebalan Tubuh