TEMPO.CO, Jakarta -Sering orang tua memukul anak saat anak salah padahal membuat kesalahan merupakan hal yang wajar, termasuk anak-anak.
Berdasarkan feature yang diterbitkan oleh American Psychological Association dalam Apa.org, hukuman fisik pada anak-anak hanya menghentikan perilaku bermasalah anak sementara namun untuk jangka panjang akan membuat anak lebih agresif dan bahkan memicu gangguan psikologis anak dan berdampak saat dewasa.
Dalam penelitian yang dilakukan APA, anak-anak yang dihukum secara fisik seperti dipukul cenderung menyelesaikan konflik dengan teman sebaya maupun saudaranya dengan memukul juga. Fatalnya hal ini akan terbawa hingga dewasa dan saat menjadi orang tua kebiasaan ini akan terbawa.
Orang tua yang masa kecilnya mendapat hukuman fisik akan menerapkan hukuman serupa pada anak-anaknya karena merasa memukul anak yang melakukan kesalahan dapat diterima. Mereka juga merasa memukul anak adalah metode untuk mendisiplinkan anak yang tepat.
Disebutkan pula dalam Journal of Family Psychology tahun 2016 yang menganalisis data selama 50 tahun dengan subjek sebanyak 160.000 anak dan mendapatkan hasil anak yang sering dipukul mayoritas memiliki potensi lebih banyak untuk membangkang, memiliki perilaku anti sosial, agresif, masalah kesehatan mental, dan kesulitan kognitif.
Mengutip dari Cantika.com anak-anak yang yang sering dipukul berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga depresi. Mereka juga rentan terhadap penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan saat remaja hingga dewasa
Ditegaskan dalam Cantika.com, anak-anak yang dipukul berisiko lebih tinggi mengalami kegagalan akademik di kelas lima dalam penelitian yang dilakukan Margono. Penelitian lain yang dilakukan MacKenzie dkk. pada 2013 menunjukkan bahwa anak yang sering dipukul saat berusia lima tahun atau balita oleh ayahnya, memiliki skor kosakata yang rendah di usia sembilan tahun.
Tak hanya masalah yang dirasakan anak secara pribadi, hal ii kan menjadi lingkaran setan. Berdasarkan artikel yang ditulis dalam Mentalhelp.net, esai berjudul “A Child Is Being Beaten” milik Sigmund Freud bisa saja anak menganggap hukuman tersebut bentuk dari rasa cinta atau ekspresi kasih sayang.
Hal ini juga akan mempengaruhi cara seseorang memilih pasangan dan alasan bertahan dalam abusive relationship.
Secara tidak sadar seseorang yang memiliki orang tua gemar memukul anak, maka berdampak cenderung memilih pasangan yang kasar. Mereka cenderung berpikir perlakuan kasar tersebut sebagai ganjaran untuk merasa dicintai.
Baca juga: Bisa Menular, Cegah Niat Bunuh Diri dengan Dukungan Keluarga
TATA FERLIANA