TEMPO.CO, Jakarta - Hampir setiap orang pernah mengalami stres dan kecemasan, tidak peduli apa profesi atau seberapa stres hidup Anda. Ahli saraf dan kesehatan otak Dr. Caroline Leaf mengatakan ada banyak penyebab orang kehilangan ingatan, mulai dari pikiran yang tak terkendali, trauma, stres berlebihan, penyakit, kelelahan mental, cedera otak, hingga virus seperti Covid-19 yang mempengaruhi otak.
“Apapun yang mengganggu jaringan psikoneurobiologis (koneksi pikiran-otak-tubuh) akan mengganggu memori,” kata Leaf.
Baca Juga:
Melansir Eat This, intensitas stres dapat bervariasi dan dapat memiliki beberapa efek pada tubuh. Itu juga tergantung pada bagaimana orang mengelola stres dan kehidupan di sekitarnya untuk merasa lebih baik atau lebih buruk.
“Salah satu efek kecemasan dan stres adalah hilang ingatan,” kata Pareen Sehat, konselor klinis terdaftar dan profesional kesehatan mental bersertifikat.
Ia menambahkan semuanya dimulai dengan respons stres, di mana otak bereaksi setelah menerima sinyal ancaman. Ancaman ini dapat meningkatkan aktivitas listrik di otak dan menghasilkan adrenalin dan kortisol. Ketika ketakutan atau kecemasan melampaui periode yang sesuai dengan perkembangan, kehilangan ingatan dapat terjadi.
Sehat merujuk pada sebuah studi Gangguan Kecemasan dan Kehilangan Memori Subjektif pada Lansia sebagai Prediktor Penurunan Kognitif Masa Depan. Dalam studi tersebut, mereka berbicara tentang bagaimana kehilangan ingatan terkait stres. Lebih lanjut, ia menjelaskan stres juga dapat mempengaruhi peradangan dan juga menyebabkan hilangnya ingatan.
Sementara itu, studi terbaru telah membahas hubungan antara peradangan kronis dan kehilangan ingatan, khususnya terkait dengan penyakit Alzheimer. Mereka menemukan tingkat peradangan yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan kognitif. Karena itu, perlu diingat kehilangan ingatan dapat dikaitkan dengan lebih dari sekedar peradangan.
“Saya selalu menekankan kepada orang-orang tentang pentingnya diet dan pengurangan stres. Jika Anda tidak makan makanan yang tepat dan kaya nutrisi, itu dapat menyebabkan peradangan yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada hilangnya memori,” kata M. Kara dari KaraMD.
Beberapa pasien Covid-19 telah mengalami gejala yang bertahan selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah diagnosis penyakit awal, atau yang dikenal dengan Long Covid. Salah satu gejala yang lebih umum adalah kabut otak. Satu penelitian menemukan kabut otak menjadi keluhan pada 81 persen peserta dengan masalah kesehatan yang berkepanjangan.
“Dipercaya bahwa kabut otak ini terjadi setelah Covid-19 karena peningkatan respons peradangan dalam tubuh untuk melawan penyakit,” kata Kara.
Peradangan, dengan atau tanpa diagnosis Covid-19, dapat berkontribusi pada kabut otak dan gangguan kognitif lain, seperti Alzheimer atau demensia. Salah satu cara untuk mencegah hilangnya ingatan adalah dengan mengatur pola makan untuk meningkatkan memori dan menghindari kabut otak. Menurut Kara, itu termasuk menghindari makanan yang menyebabkan peradangan dan menambahkan lebih banyak makanan yang mengurangi peradangan.
Beberapa makanan yang menyebabkan peradangan termasuk karbohidrat olahan, pemanis atau aditif gula lain, dan makanan yang digoreng. Di sisi lain, beberapa makanan yang mengurangi peradangan termasuk sayuran berdaun hijau, ikan berlemak, buah-buahan, dan minyak zaitun.
Selain itu, menghindari stres dengan melakukan meditasi atau aktivitas yang dapat mengalihkan stres juga dapat membantu mengurangi peradangan dan masalah kognitif lain. Anda juga dapat fokus pada pengurangan stres. Caranya dengan menyisihkan waktu 10-15 menit setiap hari untuk melakukan aktivitas seperti pernapasan dalam, peregangan, dan meditasi.
Baca juga: Simak, Inilah Gejala Fisik dan Mental Akibat Stres