“Sebuah bakteri bisa resisten terhadap satu jenis atau lebih antibiotik,” ujarnya.
Ia menyebutkan, secara teori antibiotik merupakan racun, pada dosis rendah akan aman untuk tubuh. Maka dari itu diharuskan untuk konsumsi antibiotik menggunakan resep obat dokter. Penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa membunuh mikroba penting yang dibutuhkan tubuh dan bisa menyebabkan munculnya penyakit baru.
Dikutip dari laman resmi primaya hospital, sebuah penelitian menyimpulkan antibiotik tidak selalu harus dihabiskan. Aturan bahwa antibiotik harus habis agar manjur disebut tak punya bukti yang kuat.
Penelitian ini menyebutkan kita harus seminimal mungkin mengonsumsi obat-obatan demi kesehatan jangka panjang. Maka bila sudah merasa kondisinya membaik ketika sakit, konsumsi antibiotik bisa dihentikan.
Namun, teori yang melatbelakangi antibiotic harus dihabiskan karena adanya potensi bakteri yang kuat masih tersisa di tubuh meskipun kondisi sudah membaik. Bila pemberian obat itu dihentikan sebelum waktunya sesuai resep dokter, dikhawatirkan cuma bakteri lemah yang terbunuh. Sedangkan bakteri kuat masih hidup.
Bakteri kuat ini bisa bertahan dan berkembang biak hingga menyebabkan infeksi makin parah. Bakteri itu pun jadi lebih mampu mempertahankan diri terhadap obat antibiotik yang sama.
Maka jika kondisi semakin parah, pasien harus mengganti antibiotiknya dengan dosis yang lebih tinggi lagi untuk sembuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menyarankan obat antibiotik dihabiskan agar efektif melawan infeksi bakteri dalam tubuh pasien.
WILDA HASANAH
Baca juga : Sering Menahan Kencing Sebabkan Infeksi Saluran Kemih, Begini Mengobatinya