TEMPO.CO, Jakarta - Ketika berobat tak jarang dokter meresepkan antibiotik untuk pasien. Pesan yang sering disampaikan dokter yaitu antibiotik harus dihabiskan. Antibiotik dapat berbentuk tablet, kapsul, atau sirup dan dapat digunakan untuk mengobati sebagian besar jenis infeksi ringan hingga sedang di tubuh.
Tapi, mengapa dokter menyarankan agar antibiotik harus dihabiskan, padahal pasien sudah merasa sembuh?
Berdasarkan pedoman Organiasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Mereka bekerja dengan membunuh bakteri atau mencegahnya menyebar.
Anggia, Peneliti dari Pusat Penelitian (Puslit) Bioteknologi -Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan dokter meresepkan antibiotik kepada pasien untuk membunuh bakteri yang menjadi sumber penyakit agar mati sepenuhnya. Inilah jawabannya kenapa antibiotik harus dihabiskan.
“Jadi kalau kita dikasih antibiotik untuk tiga hari harus dihabiskan tiga hari. Hal ini untuk memastikan konsentrasi obat di dalam tubuh cukup untuk membunuh bakteri yang menginfeksi,” kata Anggia, dikutip dari laman LIPI.
Jika penggunaan antibiotik dihentikan dalam satu hari, maka konsentrasi antibiotik dalam darah akan menurun padahal belum semua bakteri yang menginfeksi mati. Masih ada bakteri yang masih hidup dan bisa menyebabkan infeksi yang sama, selain itu bakteri yang masih hidup ini akan menggandakan dirinya.
Pada saat itu ada kemungkinan terjadi mutasi yang menyebabkan bakteri bertahan karena dapat menyesuaikan diri dengan kondisi antibiotik yang rendah dalam darah. Keadaan ini menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik yang sama.
Melansir laman resmi primaya hospital, pendapat bahwa obat antibiotik harus dihabiskan adalah adanya potensi bakteri yang kuat masih tersisa di dalam tubuh walau kondisi sudah membaik. Antibiotik bekerja melawan infeksi bakteri dari hari ke hari hingga tuntas sesuai dengan resep dokter.
Jika dihentikan sebelum waktunya, dikhawatirkan cuma bakteri lemah yang terbunuh. Sedangkan bakteri kuat masih hidup. Tetapi, bakteri kuat tetap bertahan dan berkembang biak hingga menyebabkan infeksi makin parah.
Namun, disisi lain, pada sebuah penelitian menyimpulkan antibiotik tidak selalu harus dihabiskan. Aturan bahwa antibiotik harus habis agar manjur disebut tak punya bukti yang kuat. Penelitian ini menyebutkan kita harus seminimal mungkin mengonsumsi obat-obatan demi kesehatan jangka panjang. Maka bila sudah merasa kondisinya membaik ketika sakit, konsumsi antibiotik bisa dihentikan.
Melansir dari laman National Health Service atau Layanan Kesehatan Nasional United Kingdom, ketika mengonsumsi antibiotik penting untuk selalu ikuti saran dokter apakah Anda membutuhkannya atau tidak.
Jika tidak, ini yang dapat menyebabkan resistensi antibiotik yang merupakan masalah besar, meminum antibiotik saat Anda tidak membutuhkannya berarti antibiotik tersebut tidak akan bekerja untuk Anda di masa depan. Resistensi antibiotik dipercepat oleh penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk.
WILDA HASANAH
Baca: Jangan Sembarang Minum Antibiotik, ini Bahayanya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.