TEMPO.CO, Jakarta - Deodoran adalah substansi yang dipakai ke tubuh untuk mencegah bau badan. Selama ini terdapat teori yang mengatakan pemakaian deodoran akan meningkatkan risiko kanker payudara. Hal yang mendasari teori ini adalah kanker payudara yang kerap terjadi di bagian atas dada dekat dengan lengan bagian atas.
Menurut American Cancer Society (ACS) dan The National Cancer Institute, tidak ada hubungan ilmiah antara deodoran dan kanker payudara. Selama bertahun-tahun, penelitian telah dilakukan dan belum ada yang dapat menemukan koneksi antara penggunaan deodoran dan bahan yang ada di dalamnya dengan efek langsung terhadap risiko kanker payudara.
Baik antiperspiran maupun deodoran terbuat dari senyawa berbahan aktif berbasis alumunium. Senyawa ini membentuk penyumbat sementara di dalam saluran keringat yang menghentikan aliran keringat menuju permukaan kulit. Beberapa peneliti mengungkapkan senyawa yang kerap diserap oleh kulit memiliki efek seperti estrogen. Estrogen berperan dalam meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.
Beberapa penelitian justru berfokus pada paraben, yaitu pengawet yang digunakan dalam beberapa deodoran dan antiperspiran. Paraben telah terbukti meniru aktivitas estrogen dalam sel tubuh. Telah dilaporkan bahwa bahan ini ditemukan pada tumor payudara, tetapi belum ada bukti yang menunjukan bahwa mereka menyebabkan kanker payudara.
Menurut American Cancer Society, pencukuran bulu ketiak beberapa kali disangkutpautkan dengan beberapa penelitian yang berfokus pada hubungan antara deodoran dengan kanker payudara. Pencukur bulu bisa meningkatkan risiko infeksi pada kulit, terutama jika terpapar antiperspiran. Namun, bukan berarti pencukuran bulu ketiak adalah sumber karsinogen yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.
DINA OKTAFERIA
Baca juga: 5 Cara Tepat Pilih Deodoran, Salah Pilih Bau Ketiak Bisa Aneh