Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ciri-ciri Strict Parents, Siapa Tahu Anda Termasuk Orang tua Jenis ini

Reporter

image-gnews
Ilustrasi orang tua menasehati anak. howng.com
Ilustrasi orang tua menasehati anak. howng.com
Iklan

TEMPO.CO, JakartaStrict parents atau pola asuh orang tua yang sangat ketat, dalam psikologi, didefinisikan sebagai orang tua yang menempatkan standar dan tuntutan tinggi pada anak-anak mereka. Strict Parents disebut membawa dampak bagi tumbuh kembang anak.

Dikutip dari parenting forbrain, orangtua yang memilki gaya asuh yang ketat dapat bersifat otoritatif atau otoriter. Orang tua yang otoratif akan memberikan standar tinggi kepada anak sambil memberikan dukungan dengan kasih sayang dan dukungan. Namun, sebagian besar strict parents seringkali bersifat otoritas dibanding otoratif.

Biasanya, strict parents yang otoriter memiliki ciri ciri sebagai berikut:

  • Memiliki banyak aturan ketat dan menuntut
  • Menuntut anak mereka untuk mematuhi harapan secara membabi buta
  • Tidak mengizinkan anak mempertanyakan otoritas orang tua
  • Menghukum berat anak jika melanggar aturan apa pun
  • Miliki sikap yang dingin, tidak responsif terhadap anak-anak mereka
  • Menggunakan kata-kata yang mempermalukan dan kasar

Pola asuh strict parents dengan gaya otoriter dapat merugikan anak termasuk masalah perilaku, harga diri rendah, masalah pengendalian diri dan masalah kesehatan mental. Berikut dampak negatif pola asuh yang ketat terhadap perkembangan anak anak:

  1. Anak cenderung tidak bahagia dan mengalami depresi

Sebuah studi pada Journal of Happiness Studies menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh strict parents cenderung tidak bahagia dan menunjukkan gejala depresi. Di beberapa negara, seperti Hong Kong dan Australia, anak-anak yang dibesarkan di rumah tangga yang ketat lebih rentan terhadap upaya atau untuk bunuh diri.

  1. Anak miliki gangguan perilaku

Anak dengan pola asuh strict parents cenderung memiliki masalah perilaku antisosial seperti pemberontakan, marah dan agresif. 

Anak akan belajar dari sebuah pengalaman mereka dan ajaran dari orang tua. Ketika orang tua mendisiplinkan anak-anak mereka dengan emosi, paksaan, ancaman, hukuman verbal dan hukuman yang menghukum, mereka akan mencontohkan bagaimana bereaksi secara menghukum ketika mereka marah.

Cara tersebut yang mengakibatkan anak-anak menjadi seseorang yang memberontak, mudah marah, impulsif, dan agresif ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan. Mereka juga bisa saja memikirkan untuk melarikan diri.

  1. Anak menjadi pembohong

Strict parents mengharapkan dan menuntut anaknya untuk patuh pada aturan mereka yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Orang tua yang ketat biasanya akan mendisiplinkan anak dengan keras dan anak harus  hormat dan mematuhi aturan tersebut.

Cara didikan yang terlalu ketat ini membuat anak memiliki cara berpikir yang licik. Seorang anak akan belajar menjadi aktor yang baik. Anak akan berperilaku baik di rumah, tetapi berperilaku sebaliknya ketika tidak di depan  orangnya. Hal ini disebabkan, orang tua tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengutarakan pendapat mereka.

  1. Anak memiliki motivasi yang rendah

Strict parents akan menuntut anaknya untuk menjadi standar yang mereka inginkan. Biasanya mereka akan mengontrol sang anak mulai dari memilih kegiatan ekstrakurikuler, jadwal kelas, dan acara sosial untuk anak-anak, bahkan tanpa meminta ataupun menerima masukan dari mereka sama sekali.

Memaksakan insentif eksternal seperti ancaman hukuman menciptakan motivasi ekstrinsik sekaligus menurunkan motivasi intrinsik. Hal ini menjadikan anak anak memiliki inisiatif yang rendah.

  1. Ciptakan perilaku bullying
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Strict parents yang otoriter akan menimbulkan kepatuhan menggunakan ketakutan dan ancaman pada anak. Ketika anak merasa diintimidasi seperti melakukan hal yang diinginkan orang lain karena takut, mereka akan belajar menggunakan kekuatan dan kekuasaan atas orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua otoriter lebih cenderung menjadi pengganggu atau dikenal istilah bullying.

  1. Menjadikan anak tidak percaya diri

Penelitian menunjukkan bahwa remaja putri dengan orang tua yang otoriter kurang mampu mengambil keputusan ketika diberi kesempatan. Berdasarkan jurnal yang berjudul Effects of Parental Authoritarianism and Authoritativeness on Self-Esteem, anak anak yang diasuh oleh strict parents akan membuat sang anak terbiasa untuk diberitahu apa yang harus dilakukan. Mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengambil keputudan dan khawatir juka pilihan tersebut akan salah.

  1. Memiliki fleksibelitas psikologi yang buruk

Fleksibilitas psikologis sangat penting untuk kesejahteraan anak dan kesehatan psikologis mereka. Untuk menjadi orang dewasa yang kompeten dan sehat, anak-anak perlu mengembangkan keterampilan yang memungkinkan berpikir fleksibel dalam lingkungan sosial yang kompleks.

Orang tua dengan aturan yang kaku memaksakan kontrol psikologis membuat sang anak memiliki fleksibilitas psikologis yang lebih sedikit.  Kurangnya fleksibilitas psikologis dan keterampilan regulasi emosional keduanya sangat terkait dengan perkembangan gangguan mental.

Selain mempengatuhi tumbuh kembang anak, mungkin efek merusak lainnya dari strict parents adalah menimbulkan ketegangan pada hubungan antara orangtua dengan sang anak, karena tidak ada yang suka dikendalikan.

WILDA HASANAH 

Baca: Bermaksud Melindungi Anak, Pola Asuh ini Bisa Menjurus ke Helicopter Parenting

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Psikolog Kaitan Kesehatan Mental dan Fisik yang Tak Terpisahkan

4 hari lalu

Ilustrasi anak di sekolah. Shutterstock
Psikolog Kaitan Kesehatan Mental dan Fisik yang Tak Terpisahkan

Penelitian efek kimiawi pikiran pada tubuh menyebut kesehatan mental adalah pendorong kesehatan fisik. Berikut penjelasan psikolog.


Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

5 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.


Cara Mencegah Depresi dengan Saling Bantu Hingga Terapkan Pola Hidup Sehat

10 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Cara Mencegah Depresi dengan Saling Bantu Hingga Terapkan Pola Hidup Sehat

Masalah kesehatan mental ini dapat ditangani dengan menjaga pola hidup hingga mengenai dengan baik gejala-gejala pemicunya.


Tumbuhkan Kemandirian Anak dengan Membacakan Buku Cerita

10 hari lalu

Ilustrasi ibu membaca bersama anak. Pixabay.com
Tumbuhkan Kemandirian Anak dengan Membacakan Buku Cerita

Kemandirian merupakan kemampuan yang dapat dilatih sejak dini. KemenPPPA mengajak orang tua menumbuhkan kemandirian anak lewat membacakan buku cerita.


Bagaimana Depresi Bisa Menular?

10 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Bagaimana Depresi Bisa Menular?

Sebuah penelitian menunjukan adanya pengaruh kontak fisik terhadap penularan depresi serta kontribusinya pada kesehatan mental seseorang


Dukung Orang Tua Membersamai Tumbuh Kembang Anak dengan Konsep Adventure Parenting

14 hari lalu

Salah satu kegiatan di program Taro Rangers Camp, 28-29 September 2024. Dok. Taro
Dukung Orang Tua Membersamai Tumbuh Kembang Anak dengan Konsep Adventure Parenting

Pendekatan adventure parenting bisa menjadi cara membantu orang tua membangun karakter dan budi pekerti anak. Berikut contohnya.


Penelitian Ungkap Perempuan dengan Pasangan ADHD Lebih Berisiko Depresi

19 hari lalu

Ilustrasi pasangan. Dok: StockXpert
Penelitian Ungkap Perempuan dengan Pasangan ADHD Lebih Berisiko Depresi

Studi menunjukkan sekitar 59 persen wanita dengan pasangan pengidap ADHD mengalami depresi dengan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat.


Seorang Pria di Kabupaten Malang Ditemukan Tewas di Halaman Rumah, Diduga Akibat Sakit Menahun

21 hari lalu

Ilustrasi tewas/meninggal/mayat. Shutterstock
Seorang Pria di Kabupaten Malang Ditemukan Tewas di Halaman Rumah, Diduga Akibat Sakit Menahun

Istri dan anggota keluarga korban yang lain menolak jasad warga Pakis, Kabupaten Malang itu diautopsi.


Psikolog Bagi Tips agar Anak Tak Jadi Korban Perundungan

24 hari lalu

Ilustrasi perisakan/bullying atau penganiayaan. Shutterstock
Psikolog Bagi Tips agar Anak Tak Jadi Korban Perundungan

Psikolog memberi tips pengasuhan orang tua agar anak tidak menjadi target ataupun korban perundungan.


Meta Tingkatkan Keamanan Akun Remaja di Bawah 18 Tahun

24 hari lalu

Ilustrasi Logo Meta. REUTERS/Dado Ruvic
Meta Tingkatkan Keamanan Akun Remaja di Bawah 18 Tahun

Peraturan baru dari Meta tentang peningkatan keamanan pada akun remaja menjadi sorotan. Bagaimana faktanya?