TEMPO.CO, Jakarta - Pfizer-BioNTech dan Moderna telah melakukan pengujian terkait efek samping dosis ketiga atau booster. Hasil uji menunjukkan efek samping kedua vaksin serupa, seperti nyeri di bekas tempat suntikan, kelelahan, dan sakit kepala.
Menurut pihak Pfizer, seperti dikutip dari Medical Daily, berdasarkan analisis data dari partisipan uji coba, efek samping yang paling umum booster yakni rasa sakit di tempat suntikan, dialami sekitar 83 persen peserta. Efek samping lain yang sangat umum pada penerima booster Pfizer yakni kelelahan, yang dilaporkan 63,7 persen peserta, sakit kepala 48,4 persen.
Efek samping lain yang dilaporkan oleh lebih sedikit peserta yaitu nyeri otot dan kedinginan. Sementara itu, efek samping yang paling jarang dilaporkan dalam uji coba termasuk nyeri sendi, diare, muntah, dan demam. Uji coba Pfizer juga menemukan, orang dewasa berusia 65 tahun ke atas lebih kecil kemungkinan mengalami gejala dan efek samping seperti flu setelah menerima suntikan booster dibandingkan dengan yang berusia 18-55 tahun.
Namun, Ketua Kelompok Kerja Alokasi dan Distribusi Vaksin COVID-19 Mayo Clinic, Melanie Swift, mengatakan hasil ini sama sekali tidak mengejutkan karena efek samping sebenarnya berfungsi sebagai indikasi reaksi sistem kekebalan terhadap vaksin. Menurutnya, orang dewasa yang lebih tua memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan kurang kuat sehingga tubuh cenderung tidak mendapatkan respons kekebalan.
Sama seperti Pfizer, Moderna juga melakukan uji coba untuk menentukan efek samping umum booster-nya. Berdasarkan data, dosis ketiga Moderna juga menyebabkan efek samping atau gejala serupa pada penerimanya, seperti rasa sakit di tempat suntikan sebagai yang paling sering dilaporkan peserta (76 persen).
Gejala paling umum lain berupa kelelahan dan nyeri otot, masing-masing 47,4 persen, sakit kepala (42,1 persen), dan nyeri sendi (39,5 persen). Efek samping lain yang dilaporkan peserta juga mencakup menggigil, demam, dan mual. Menurut pihak Moderna, tidak ada masalah keamanan yang dilaporkan selama uji coba dan lansia juga mengalami lebih sedikit gejala dibandingkan dengan yang berusia 18 -64 tahun.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan efek samping vaksin mRNA COVID-19 biasanya ringan hingga sedang. Beberapa vaksin dapat mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tetapi efek samping akan hilang dalam beberapa hari.
Ada kasus di mana penerima tidak mengalami efek samping sama sekali sedangkan reaksi alergi terhadap suntikan booster sangat jarang terjadi. Sama seperti dua dosis pertama vaksin, para pakar kesehatan juga mengingatkan Anda harus segera menghubungi dokter jika mengalami kemerahan atau nyeri di tempat suntikan memburuk setelah 24 jam vaksinasi. Bantuan profesional juga diperlukan jika gejala usai vaksinasi tidak hilang.
Baca juga: 5 Efek Samping Vaksin Covid-19 yang Tak Biasa tapi Harus Diwaspadai