TEMPO.CO, Jakarta - Varian Omicron diklaim berpotensi lima kali lebih menular daripada varian Delta, berpotensi menyerang penyintas yang telah terinfeksi varian lain. Selain itu, dilaporkan di covid19.go.id per 3 Januari 2022 bahwa varian Omicron telah terdeteksi di 132 negara dan diperkirakan akan terus menyebar dengan cepat.
Meledaknya kasus Omicron di berbagai negara membuat masyarakat perlu waspada sebab vaksinasi saja tak cukup mengurangi risiko tertular. Penanganan Omicron masih sama dengan varian COVID-19 lain, vaksinasi dan protokol kesehatan masih paling efektif untuk mencegah penularan.
Para peneliti masih melakukan studi mendalam tentang Omicron. Sejauh ini telah ditemukan varian Omicron memiliki lebih dari 50 mutasi dengan lebih dari 30 mutasi pada spike protein. Gejala dari varian Omicron sejauh ini ringan dan dapat diobati secara mandiri di rumah. Gejala ringan yang dimaksud adalah kelelahan, nyeri tubuh, dan sakit kepala selama dua hari.
Pasien tidak kehilangan penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan kadar oksigen, tidak seperti pada varian Delta. Namun, data tersebut hanya diperoleh dari pasien berusia 40 tahun atau lebih muda. Belum ada laporan yang komprehensif mengenai gejala yang dialami pasien lanjut usia.
Jika mengalami satu atau lebih gejala di atas, jangan ragu untuk segera melakukan pemeriksaan, khususnya bagi yang berisiko tinggi terpapar, misalnya yang baru saja bepergian ke luar daerah atau ke luar negeri, sebaiknya melakukan pemeriksaan secara rutin. Dengan protokol pengujian reguler, mereka yang dites positif dapat diidentifikasi lebih cepat dan memulai pemulihan lebih cepat, yang dapat mengurangi kecepatan penyebaran infeksi.
"Jangan meremehkan ancaman yang mengintai varian Omicron. Kami mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Jangan menunggu sampai gejala memburuk, segera berkonsultasi dengan dokter di telemedisin yang tersedia setiap saat," ujar Dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Good Doctor Technology Indonesia.
Amerika Serikat yang telah menyelesaikan cakupan vaksinasi dosis lengkap 61 persen dari populasinya masih mengalami peningkatan kasus positif dan angka kematian COVID-19. Tren yang sama juga dialami Norwegia dengan cakupan mencapai 71 persen, bahkan Korea Selatan dengan cakupan sangat tinggi mencapai 92 persen. Data tersebut menunjukkan cakupan vaksinasi yang tinggi tidak dapat sepenuhnya mencegah penularan tanpa protokol kesehatan yang ketat.
Gregory Poland, Kepala Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic mengatakan pihaknya sudah meneliti virus ini selama dua tahun dan sekarang yang menjadi perhatian adalah varian kelima.
"Hal ini akan terus terjadi sampai kami dapat meyakinkan publik dan ini adalah bukti nyata kita harus memakai masker di dalam ruangan sampai divaksin dan diberi penguat, hal ini akan terus terjadi," kata Poland.
WHO juga merekomendasikan langkah paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 adalah dengan menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, memakai masker yang pas, buka jendela untuk meningkatkan ventilasi, hindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, menjaga tangan tetap bersih, batuk atau bersin ditutupi siku yang ditekuk atau tisu, dan vaksinasi.
Baca juga: Pasien Varian Omicron Cukup Isolasi Mandiri, Ini Kata Epidemiolog