TEMPO.CO, Jakarta - Ketika manusia berinteraksi, bahasa menjadi sistem lambang untuk berkomunikasi, meskipun tak semuanya diartikan lisan maupun tulisan. Ada juga bahasa tubuh.
Mengutip situs web Menara Ilmu Public Speaking Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, bahasa tubuh merupakan gerakan yang dialami seseorang tanpa sadar yang menggambarkan tak ada kebohongan. Gerakan tubuh itu, di antaranya ekspresi wajah dan postur.
Bidang kajian yang khusus meneliti tentang bahasa tubuh, yakni kajian kinesics. Mengutip The Actuary, kajian yang berfokus mempelajari cara berkomunikasi melalui gerakan anggota tubuh 1952. Antropolog Ray Birdwhistell, seorang ahli yang mengkaji tentang kinesics.
Waktu itu, Birdwhistell belum menggunakan penyebutan bahasa tubuh. Menurut dia, semua gerakan tubuh memiliki makna dan perilaku nonverbal dapat diuraikan dalam bahasa lisan.
Pada 1967, penelitian ahli psikologi University of California, Albert Mehrabian menemukan bahwa, tafsiran pesan didasarkan pada 55 persen nonverbal, 38 persen elemen vokal, dan 7 persen melalui kata-kata yang diucapkan.
Baca Juga:
Para ilmuwan dari Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Sciences meneliti bagian otak dalam proses berlangsungnya bahasa tubuh. Para ilmuwan menemukan, area broca di otak depan sebelah kiri yang memproses bahasa tubuh.
HARIS SETYAWAN
