Presiden Yudhoyono, selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Pramuka saat itu lalu melakukan evaluasi dengan merevitalisasi sejumlah Undang-Undang tentang Gerakan Pramuka dan Kurikulum Pendidikan. Namun, hingga saat ini, nyatanya usaha itu tidak cukup berhasil untuk mengoptimalkan gerakan pramuka agar menarik minat generasi muda.
Menurut Sekretaris Komisi Komunikasi dan Informasi Kwarnas Gerakan Pramuka, Untung Widyanto, salah satu penyebab lainnya adalah materi latihan dan kegiatan pramuka tidak menarik minat anak muda sekarang.
Materi keterampilan kepramukaan masih mendominasi. Misalnya, tali temali, semaphore, yel-yel, dan lain sebagainya.
“Bayangkan, di gudep SMP, materi keterampilan kepramukaan yang tradisional masih mendominasi. Pun di tingkat SMA dengan penambahan materi pengenalan kompas, pionering, sandi, survival, yel-yel, sejarah pramuka dan keterampilan lainnya,” tulis Widyanto dikutip TEMPO dari penelitiannya berjudul Pramuka Saatnya Kembali ke Kithah dalam Majalah Tenda Edisi 1/2021.
Selain itu, Widyanto juga menyoroti masalah birokratisasi di kwartir, terutama gudep. Dia memaparkan, dari 250 ribu Gudep di seluruh Indonesia, di lapangan ternyata tidak banyak yang aktif.
Sehingga, menyebabkan keterbatasan tenaga pendidik. Masalah di gudep dan tenaga pendidik Pramuka, kata Widyanto, tidak lepas dari lemahnya kepemimpinan, kebijakan dan pengorganisasian oleh kwartir
Baca juga : Peringati Hari Pramuka, Wakil Wali Kota Bogor Ajak Warga Donor Darah
HARIS SETYAWAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.