TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan yang perlu dijaga dari tubuh tak semata kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan mental. Namun, keduanya juga memiliki keterkaitan. Melansir laman Web MD, berlari secara teratur pada tingkat yang sedang atau tinggi dapat meningkatkan kesehatan mental.
Berlari dapat mengurangi stres, depresi, dan kecemasan. Ini juga dapat meningkatkan kebiasaan tidur. Selain itu, berlari juga meningkatkan daya ingat dan kemampuan Anda untuk belajar. Lantas, bagaimana lari bisa menjadi terapi kesehatan mental?
Laman Very Well Fit menyebutkan, banyak pelari yang mendapati bahwa berlari membantu meningkatkan suasana hati mereka dan menghilangkan stres, misalnya. Penelitian secara ilmiah juga mendukung temuan ini.
Aktivitas fisik seperti berlari, joging, atau bahkan jalan cepat akan meningkatkan aliran darah ke otak dan melepaskan senyawa alami yang meningkatkan suasana hati. Latihan fisik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, baik fisik dan mental. Misalnya ketika berolahraga dan berlari, hormon endorfin dan serotonin dilepaskan di tubuh. Keduanya merupakan zat kimia di otak yang berperan meningkatkan suasana hati.
Sebuah studi yang diterbitkan di dalam jurnal JAMA Psychiatry mendukung teori bahwa aktivitas fisik merupakan strategi pencegahan yang efektif untuk mengatasi depresi. Tak hanya itu, aktivitas fisik disebutkan juga dapat melindungi seseorang dari depresi, dan/atau bahwa depresi dapat mengakibatkan penurunan aktivitas fisik.
Melansir laman The Guardian, seorang dokter asal Skotlandia bernama William Buchan pernah menulis bahwa dari semua penyebab yang membuat hidup manusia pendek dan sengsara, tidak ada yang memiliki pengaruh lebih besar daripada keinginan untuk berolahraga dengan benar.
Bagian hippocamus di otak menjadi bagian yang paling mendapat dampak positifnya. Bagian ini mengalami penurunan volume dalam banyak kondisi kesehatan mental dan juga kognitif. Kondisi itu meliputi depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, serta demensia.
Olahraga ringan seperti berlari selama 10 menit telah terbukti memiliki dampak jangka pendek pada hippocamus. Selain itu, ada dampak jangka panjang setelah 12 minggu berikutnya.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: Resolusi 2022 Lebih Bugar dengan Berlari Ikuti 10 Langkah untuk Memulainya