INFO GAYA – Setiap generasi mengenal Sylvester Stallone. Milenial mungkin melihatnya sebagai pemimpin tentara bayaran pada seri The Expendables yang kini bersiap untuk peluncuran film ke-4 dan melibatkan Iko Uwais.
Sedangkan Kaum Gen X dan Gen Y tumbuh besar bersama Rocky dan Rambo. Dulu, banyak anak lelaki ingin menjadi Rambo, yang memberi imaji sebagai jagoan perang dan selalu menang melawan pasukan Vietnam. Bagi Stallone, seluruh tokoh fiksi tersebut berhasil mengubah hidupnya. Dari seseorang yang nyaris putus asa akhirnya menjadi bintang Hollywood bergelimang harta dan ketenaran.
Baca Juga:
Kepada mantan Duta Besar, Dino Pati Djalal di Mola Living Live, Jumat, 21 Januari 2022, Stallone bercerita perjalanan awal kariernya yang sangat keras. Memulai peran di film pertama pada 1970, selama enam tahun kemudian ia paling banter menjadi figuran, sehingga harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan harian ia dan kekasihnya. Bahkan dikisahkan, ia pernah dalam kondisi begitu susah, hanya mengantongi uang sekitar US$ 106 dan sempat berpikir untuk menyerah mengejar mimpinya jadi bintang film.
“Berbeda dengan sekarang, saya lihat banyak aktor yang muncul cepat. Jadi aktor muda saat masih sekolah. Mereka hanya tinggal di rumah, langsung jadi aktor. Mereka tidak punya pengalaman hidup. Inilah Hollywood yang terjadi dewasa ini,” ujar Stallone.
Menjalani kehidupan di level terendah, ia berupaya meluangkan waktu untuk mengunjungi perpustakaan secara tetap tentu. Dari tempat itulah ia belajar untuk menulis naskah, hingga akhirnya berhasil menciptakan sebuah cerita tentang petinju underdog–kondisi yang sama dengan hidup nyata Stallone–yakni Rocky.
Baca Juga:
Seorang produser ingin membeli naskah itu seharga US$ 3 ribu. Secara akal sehat, jumlah ini cukup besar untuk menyelamatkan ‘perut’ Stallone dan kekasihnya. Namun, ia menolaknya. Ia hanya mau menjual naskah asalkan dirinya menjadi peran utama.
“Dalam hati saya merasa, kalau naskah ini diberikan pada aktor lain maka saya akan menyesal kalau nanti filmnya sukses besar. Saya rasa, itulah kesempatan saya. Saat itu saya menjalani hidup di persimpangan, harus memilih. Tapi saya memahami sekali karakter Rocky karena yang menulisnya,” tutur Stallone.
Keputusan Stallone tepat. Diluncurkan pada 1976, film Rocky mencetak box office. Stallone yang merasa dirinya sebagai outsider di Hollywood mulai dikenal. Film itu juga meraih Best Picture dan Best Director pada Academy Awards 1977. Sementara Stallone dinominasikan sebagai Best Actor dan Best Screenplay. Sekuel Rocky kemudian berlanjut hingga Rocky V (1990) dan Rocky Balboa (2006).
Selain Rocky, nama Stallone kian berkibar saat ia memerankan John Rambo, veteran perang yang kembali ke Vietnam untuk menjalankan aksinya. Di mata kritisi, tokoh fiksi ini terlalu mengada-ada karena mampu sendirian menghabiskan ratusan tentara musuh. Namun di mata masyarakat Amerika, Rambo adalah simbol patriotisme, mitos heroik ala Paman Sam.
Stallone mengaku Rambo memberinya dua hal. Pertama, penerimaan penuh simpatik dari kalangan militer AS. Dua, interpretasi berlebihan dari kalangan politikus demi kepentingan suara. “Rambo disebut sebagai seorang Republik, dan itu menggelikan,” katanya.
Demi Rambo yang juga dibuat sekuelnya hingga film ke-lima, Rambo: Last Blood (2019), Stallone terkadang melakukan semua aksi sendirian tanpa bantuan stuntman. Ia mengaku sudah sering terluka dan masuk rumah sakit. “Setidaknya lima kali operasi punggung, tiga kali operasi leher. Mereka mungkin harus membuat Rumah Sakit Rambo,” ucapnya.
Kini di usia menginjak 75 tahun, selain The Expendables 4, Stallone juga sedang menyiapkan kemunculan Samaritan yang berkisah mengenai pahlawan super yang pensiun setelah bertempur melawan saudaranya sendiri. “Mungkin musim panas nanti filmnya bakal rilis,” ujarnya.
Kepada para penulis muda maupun penyaksi Mola yang berniat berkarier menjadi aktor, Stallone memberi tips. “jalankan peran dengan persepsi kamu sendiri. Tetap pada itu dan fokus, jangan meng-copy aktor lain. Jadilah spesial, dan bermainlah natural,” katanya.
Sementara untuk menjadi penulis, ia menyarankan agar membayangkan pergerakan tokoh utama dengan runut. Misalnya saat ia menulis tentang Rocky, maka di dalam benaknya sudah terbayang kegiatan Rocky setelah bangun tidur pergi ke toko, bertemu gadis pemalu, lalu ke gym untuk berlatih, dan seterusnya. “Bangunlah sebuah cerita. Jangan terlalu khawatir dengan dialog. Yang penting buatlah narasi itu berjalan terus,” ujar Stallone. (*)