TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan mental dari berbagai kelompok selama pandemi COVID-19 terus mengalami penurunan. Penelitian terbaru menemukan para dokter dan tenaga kesehatan kini juga sudah mulai mencapai batas.
“Petugas kesehatan sering menghadapi penyebab stres tambahan terkait peningkatan kewaspadaan dan pedoman sanitasi yang harus diikuti untuk mengurangi risiko infeksi di tempat kerja,” kata profesor di Florida Tech School of Psychology Anthony LoGalbo, dikutip dari Healthline.
LoGalbo juga mengatakan dokter tidak hanya berjuang dengan banyak masalah yang sama dengan populasi umum, seperti akses terbatas ke teman dan keluarga, kekhawatiran terhadap virus, dan banjir informasi. Peningkatan stres dapat menyebabkan masalah tidur, peningkatan kelelahan, merasa lebih mudah kewalahan, dan sulit berkonsentrasi.
Pengawas Pekerja Sosial Independen Berlisensi dan Direktur Asosiasi STAR Trauma Recovery Center, Arianna Galligher, mengatakan compassion fatigue dan burnout pada dokter telah menjadi topik penelitian yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Ia menunjukkan salah satu alasan paling umum dokter dan profesional kesehatan lain tertarik ke lapangan adalah keinginan untuk membantu orang lain.
Namun, ia menekankan ketika semua orang melakukan segalanya dengan benar, hasilnya tak dijamin positif. Profesional kesehatan menanggung beban untuk hadir bersama pasien dan keluarga pada hari-hari terburuk mereka.
"Stres yang menyertai perwakilan terhadap paparan trauma ini dapat mengakibatkan kelelahan emosional, kecemasan, depresi, perasaan sinis, peningkatan kesalahan, peningkatan penggunaan narkoba, masalah hubungan, dan ide bunuh diri," kata Galligher.
Menurut para peneliti, perluasan opsi perawatan virtual selama pandemi mungkin berperan dalam peningkatan kesehatan mental. Ini bisa jadi karena stigma yang kurang dirasakan terkait dengan jenis perawatan ini dibandingkan dengan perawatan tradisional secara langsung.
“Dokter, khususnya, ragu-ragu untuk menjangkau layanan kesehatan mental. Paling sering dengan alasan kekhawatiran tentang persepsi dan kemungkinan kerusakan karir di masa depan, terutama ketika menyangkut yang mempengaruhi lisensi profesional mereka,” kata profesor di Florida Tech School of Psychology dan Direktur Community Psychological Services, Scott A. Gustafson.
Galligher menekankan program kesehatan mental harus memasukkan strategi pencegahan untuk mendukung kesejahteraan dan strategi responsif yang mengatasi kemunculan masalah.
“Mempromosikan budaya kasih sayang dan menggabungkan strategi perawatan berdasarkan informasi trauma adalah kunci untuk mendukung staf,” tambah Galligher.
Ia juga mengatakan intervensi, termasuk terapi hewan peliharaan, program rasa syukur, pengurangan stres berbasis kesadaran, dukungan sebaya, dan akses konseling bebas stigma menjadi elemen penting dalam menawarkan dukungan penuh.
BERNADETTE JEANNE WIDJAJA
Baca juga: 5 Manfaat Berlari bagi Kesehatan Mental