TEMPO.CO, Jakarta - Generasi milenial dan generasi Z yang sekarang berada di rentang usia 20-40 tahun semakin banyak yang memutuskan untuk memasuki tahap baru kehidupan dengan menikah. Setelah sibuk menyiapkan perencanaan untuk pesta dan resepsi pernikahan, ternyata sesudah proses itu ada hal penting dan perlu dijadikan prioritas bahasan oleh pasangan yang baru menikah. Salah satu yang wajib dibahas pengantin baru adalah mengatur keuangan mengingat dua jenis generasi ini seringkali berada dalam tekanan generasi sandwich.
Seringkali pembahasan mengelola keuangan terlupakan dan hanya dibebankan pada istri. Padahal, masalah ini harus dibahas bersama-sama karena rumah tangga dibangun atas kepercayaan antara dua orang.
“Yang tadinya sebelum menikah hanya ada pengeluaran pribadi, sekarang juga harus mikirin pengeluaran rumah tangga. Belum lagi saat nanti punya anak, harus memperhitungkan kebutuhan anak juga," kata perencana keuangan bersertifikat Annisa Steviani, dikutip dari siaran pers Bank Jago.
Untuk menghindari konflik akibat kurangnya perencanaan keuangan bagi pasangan baru menikah, Annisa membagikan beberapa kiat mengatur keuangan dan mungkin bisa diterapkan dan dilakukan di Hari Valentine pada 14 Februari ini. Kiat pertama dalam mengatur keuangan bersama pasangan adalah menyiapkan keterbukaan dan ini menjadi faktor yang penting.
Saat suami dan istri duduk bersama membahas keuangan mulai dari sumber penghasilan, utang, hingga cicilan harus dibeberkan kepada pasangan agar keputusan-keputusan di masa depan dapat diukur sesuai kemampuan dan diambil dengan baik. Selanjutnya, dengan kondisi generasi sandwich yang banyak dialami generasi milenial dan generasi Z, pasangan dapat membicarakan kondisi itu apakah salah satu masih memiliki tanggungan keluarga di luar keluarga barunya atau justru keduanya mengalami posisi yang serupa.
Dalam perencanaan keuangan, di tahap awal ini pasangan bisa saling mendiskusikan terkait kapan, berapa, dan dari mana uang yang akan disisihkan sebagian untuk membantu orang tua atau anggota keluarga lain. Generasi sandwich mulai ramai di medio 2014, sebuah generasi yang terimpit di tengah-tengah seperti roti lapi,) yang harus memenuhi kebutuhan orang tua dan anak.
Jika memang ternyata Anda atau pasangan merupakan golongan generasi ini, maka pasangan harus bisa bersikap tegas menyiapkan daftar prioritas dan membedakan kebutuhan serta keinginan atau gaya hidup yang ingin dijalankan orang tua. Karena penghasilan terbatas, perlu diingat tidak semua keinginan orang tua langsung dipenuhi segera kecuali yang memang bersifat darurat. Sementara terkait pembahasan kebutuhan dan keinginan perlu dimasukkan dalam perencanaan untuk memastikan kondisi keuangan bisa sejalan dengan gaya hidup yang ingin dijalani.
Terakhir tentukan siapa yang akan mengelola keuangan atau bagaimana cara uang dikelola. Hal itu tergantung kesepakatan yang telah ditempuh bersama. Setelah disepakati, sudah jelas berapa jumlah penghasilan dan total pengeluaran setiap bulan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun anggaran.
Untuk anggaran, Annisa menyarankan tidak perlu mencatat semua hal secara detail namun catat pengeluaran yang besar, misalnya dana untuk kebutuhan sehari-hari maupun dana investasi. Pengeluaran yang terhitung kecil dan tidak sering, seperti biaya parkir atau jajan di pinggir jalan tidak perlu dimasukkan.
Anissa juga menyarankan untuk anggaran ada baiknya dua tujuan keuangan, yaitu dana darurat serta dana pensiun bisa dimasukkan dalam perencanaan. Terkait dana darurat, ia menyebut saat ini pos tersebut sudah menjadi kewajiban mengingat banyak ketidakpastian yang bisa terjadi.
“Hidup itu kan enggak selalu berjalan mulus, kadang ada-ada saja kejadian di luar dugaan yang butuh penanganan segera dan biayanya enggak sedikit. Usahakan untuk punya dana darurat setidaknya tiga kali gaji,” jelasnya.
Sementara untuk dana pensiun tentunya untuk bisa membantu anak di masa depan sehingga ia tidak perlu mengalami rantai generasi sandwich yang berulang dari generasi ke generasi. Annisa menyarankan untuk dimulai sesegera mungkin, sebaiknya sejak awal bekerja agar waktu yang dimiliki masih panjang karena nominal yang perlu dikumpulkan itu tidak sedikit.
“Kalau menunggu misal usia 40, uangnya belum tentu cukup saat tiba waktunya pensiun, apalagi jika setelah pensiun ada tujuan yang ingin diwujudkan, misalnya memiliki peternakan, punya bisnis, atau memiliki rumah kontrakan sebagai passive income untuk menghidupi kita saat pensiun nanti,” lanjut Annisa.
Jika kedua hal itu sudah dipenuhi, prioritas finansial selanjutnya yang dapat disiapkan adalah dana pendidikan anak. Dana pendidikan bisa dimasukkan dalam tujuan finansial jika memang berencana memiliki momongan. Persiapan itu dibutuhkan agar setidaknya di masa depan pendidikan buah hati bisa terjaga.
"Opsi sekolah itu banyak, SD sampai SMA ada opsi gratis karena ditanggung pemerintah, dan memang sampai yang mahal sekali pun ada. Jadi, untuk dana sekolah bisa disesuaikan dengan kemampuan. Tapi, bukan berarti tidak bisa jalan bersamaan, uang yang ada bisadibagi untuk mengumpulkan secara bersamaan dana pensiun dan dana pendidikan," ujar Annisa.
Setelah mengakomodir kebutuhan keduanya, maka tentu nantinya kondisi finansial keluarga akan terasa mudah diterima dan rumah tangga bisa lebih harmonis.
Baca juga: Tips Kendalikan Keuangan buat Pengantin Baru