TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah pasien hipertensi di Indonesia relatif tinggi dan kecenderungannya tidak menunjukkan penurunan dalam satu dekade terakhir. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei 2018 sekitar 34 persen, tidak berubah dari angka yang didapat pada survei 2007.
Anggota Pokja Panduan Konsensus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau IndonesianSociety of Hypertension, dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA, mengingatkan wanita dengan riwayat hipertensi perlunya rutin mengecek tekanan darah saat menggunakan obat kontrasepsi hormonal.
"Kalau ingin menggunakan obat kontrasepsi hormonal sebaiknya aware peningkatan tekanan darah, merupakan salah satu yang bisa terjadi komplikasi dan tekanan darah harus diperiksa sebelum dan sesudah mengonsumsi pil kontrasepsi setiap tiga bulan," katanya.
Penggunaan obat kontrasepsi hormonal menjadi salah satu aspek terjadinya kenaikan tekanan darah. Hipertensi terkait pil kontrasepsi dialami sekitar 2-5 persen perempuan dengan tekanan darah yang awalnya normal. Sedangkan pada perempuan dengan tekanan darah tinggi, peningkatan tekanan darah terjadi pada 9-16 persen.
Risiko naiknya tekanan darah bisa terjadi karena berbagai faktor seperti kebiasaan merokok, usia, obesitas, serta durasi dan dosis obat kontrasepsi yang digunakan. Siska menyarankan perempuan mengganti jenis obat kontrasepsi bila terjadi peningkatan tekanan darah dan ini perlu dikonsultasikan dengan dokter.
"Ada beberapa jenis kontrasepsi hormonal, ada yang lebih rendah risikonya untuk terjadi hipertensi dibandingkan yang lain, ini harus dikonsultasikan dengan dokter," jelasnya.
Menurut Siska, umumnya peningkatan darah dalam kondisi ini akan kembali normal ketika obat kontrasepsi dihentikan. Tetapi, apabila tekanan darah tetap tinggi walaupun telah dilakukan penyesuaian jenis pil kontrasepsi maka pil harus dihentikan.
Penggunaan obat kontrasepsi menjadi pilihan di kalangan perempuan yang ingin menunda kehamilan sampai merasa siap. Siska mengingatkan, obat ini berisiko meningkatkan tekanan darah. Penyebab tingginya kasus baru hipertensi akibat tingginya faktor risiko hipertensi seperti diabetes melitus, kegemukan, konsumsi garam yang tinggi dan merokok.
Baca juga: Dokter: Hipertensi Tak Bisa Ditentukan dari Sekali Cek Tekanan Darah