TEMPO.CO, Jakarta -Kencan buta menjadi salah satu solusi untuk mengobati kesepian kala pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merebak di Indonesia sejak Maret 2020.
Di era teknologi ini, ada banyak ruang yang mewadahi kencan buta ini, mulai dari aplikasi sampai acara-acara dengan tajuk "virtual blind date".
Pandemi Covid yang memunculkan aturan-aturan tentang pembatasan sosial, secara langsung memberikan dampak bagi masyarakat berupa kesepian. Menurut Asosiasi Psikolog Amerika (APA), kesepian dapat diartikan sebagai kegelisahan afektif dan kognitif akibat dari kesendirian.
Akibatnya, fenomena kencan buta yang menawarkan solusi dari permasalahan ini, menjadi naik. Hal tersebut dapat dilihat melalui kenaikan angka pengguna aplikasi kencan dan angka lama waktu yang dihabiskan dalam aplikasi kencan.
Pada tahun 2021, Tinder mengeluarkan laporan berjudul "The Future of Dating is Fluid". Berdasarkan laporan tersebut, interasi sosial di dalam aplikasi tinder ditemukan meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Pesan terkirim meningkat sebesar 19 persen, lama percakapan meningkat sebesar 32 persen, dan jumlah panggilan video meningkat sebesar 40 persen. Tahun 2020 sampai dikatakan sebagai tahun tersibuk bagi aplikasi Tinder.
Tidak hanya Tinder, intensitas pengguna di aplikasi kencan lain seperti Okcupid juga meningkat. Jumlah percakapan di Okcupid meningkat sebesar 20 persen semenjak pandemi.
Kencan buta memang memiliki beberapa stigma negatif di tengah masyarakat. Namun, satu hal yang jelas, kencan buta telah membantu orang-orang dalam mengatasi kesepian di kala pandemi.
M. IHSAN NURHIDAYAH
Baca juga: Romansa Kamala Harris dan Doug Emhoff Berawal dari Kencan Buta