TEMPO.CO, Jakarta - Stres jangka pendek tak selalu buruk dan bisa berguna. Sebaliknya, stres jangka panjang atau kronis mungkin akibat dari kekhawatiran yang terus-menerus tentang pekerjaan, hubungan, kondisi kesehatan, atau keadaan ekonomi. Ini mungkin muncul dengan sendirinya yang ditandai dengan lekas marah, depresi, kecemasan, sering termenung dan kesedihan tanpa sebab.
Tidak ada dua penyebab stres yang sama, dan tidak ada dua orang yang memiliki pengalaman yang sama soal ini. Stres kronis dapat menyebabkan gejala seperti otot tegang, lelah, insomnia, sakit kepala, dan sakit perut.
Stres kronis juga dapat membuat sulit mengendalikan emosi atau tindakan. Bahkan seseorang mungkin lebih sering mengalami perubahan suasana hati.
Stres juga memicu pusat ketakutan di otak. Ini memberi tahu tubuh bahwa Anda berada dalam mode fight-or-flight, bahkan dalam situasi sehari-hari seperti bekerja atau mengendarai mobil. Kortisol, hormon stres akan membanjiri tubuh untuk merespons stres.
Seiring waktu, peningkatan kadar hormon stres dapat menyebabkan serangkaian efek yang tidak diinginkan. Mulai dari tekanan darah tinggi, peningkatan peradangan, berkurangnya aliran darah ke jantung, hingga menimbulkan risiko serangan jantung, dan stroke yang lebih tinggi.