TEMPO.CO, Jakarta - Anuptafobia adalah kondisi orang mengalami kecemasan dan rasa takut melajang. Fobia ini merupakan lawan dari gamofobia atau takut pada pernikahan.
Banyak hal yang memicu fobia ini, salah satunya faktor trauma. Bagi pengidap anuptafobia, kehidupan lajang dinilai sebagai hukuman yang memberatkan sehingga menghadirkan rasa cemas, ketakutan, dan kepanikan yang berlebih.
Penderita anuptafobia mungkin secara tidak rasional takut menjadi lajang selama sisa hidup atau mati tua dan sendirian. Ketakutan seperti itu sangat tidak berhubungan dengan kenyataan karena tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Bukan tanpa alasan, penyebab utamanya adalah ketakutan akan rasa sepi.
Orang yang memiliki rasa trauma sendiri akan lebih rentan terkena disfungsi hubungan. Tidak ada penyebab pasti anuptafobia. Namun, genetika dan lingkungan mungkin berperan sangat penting dalam perkembangan gangguan mental ini. Orang yang memiliki riwayat keluarga penyakit mental, terutama gangguan kecemasan dan fobia, mungkin memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan anuptafobia, mungkin karena memiliki peluang yang lebih besar untuk secara genetik cenderung mengembangkan penyakit mental.
Peneliti senior di Kinsey Institute di Universitas Indiana dan kepala penasihat ilmiah untuk situs kencan Match.com, mengatakan jam biologis adalah kekuatan pendorong dari perspektif evolusi.
“Kita adalah makhluk yang diciptakan berpasangan sehingga banyak alasan untuk percaya orang-orang di usia matang reproduksi akan sangat cemas jika sendirian,” kata Fisher.
Sebuah studi pada 2016 di Journal of Personality, yang diikuti peserta sebelum dan sesudah putus cinta, menemukan ketakutan melajang itu meningkat setelah seseorang putus cinta. Penelitian telah mencatat lajang dianggap oleh masyarakat sebagai keadaan defisit yang biasanya dinilai sebagai kurangnya kemampuan dalam membina hubungan, jelas Stephanie Spielmann, asisten profesor psikologi di Universitas Negeri Wayne di Detroit, Amerika Serikat, yang telah mempelajari rasa takut melajang.
Gejala anuptafobia biasanya masuk ke dalam kecemasan ekstrem, ketakutan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepanikan, sesak napas, napas berlangsung cepat, detak jantung tidak teratur, berkeringat, keringat berlebih, mual, dan mulut kering. Selain itu, ketidakmampuan mengartikulasikan kata-kata atau kalimat serta mulut kering dan gemetar adalah tanda-tanda dari kepanikan ekstrem lain.
Perawatan pengidap anuptafobia
Tidak ada pengobatan yang dirancang khusus untuk anuptafobia. Namun, terapi bicara, terapi pemaparan, dan/atau obat antikecemasan mungkin dapat secara signifikan membantu mengurangi gejala yang terkait dengan kondisi ini. Terapi bicara mungkin merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mengobati anuptafobia karena terapis dapat membantu pasien menjadi lebih sadar akan kesalahan dalam pola berpikir. Selain mempelajari keterampilan penyesuaian yang baru dan efektif ketika gejalanya memburuk, cara ini mungkin sangat menguntungkan bagi yang sangat takut melajang.
Terapi pemaparan adalah bentuk terapi lain yang sangat umum dan efektif untuk penderita fobia dan ini mungkin juga berlaku bagi anuptafobia. Seperti namanya, terapis akan membantu mengekspos pasien pada ketakutan mereka dengan perlahan-lahan dari waktu ke waktu.
Secara teoritis, semakin banyak pasien terpapar ketakutan, semakin sedikit ketakutan yang mengganggu. Karena banyaknya kecemasan yang terlibat dengan bentuk terapi ini, sangat penting untuk melakukannya oleh terapis profesional yang berpengalaman.
Baca juga: Ketahui Beda Takut dengan Fobia