TEMPO.CO, Jakarta - Post Power Syndrome adalah kondisi kejiwaan ketika seseorang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang sebelumnya dimilikinya. Biasanya sindrom ini dialami oleh pensiunan atau seseorang yang terkena pemutusan hubungan kerja.
Banyak orang yang menjadikan pekerjaan bukan hanya sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan, tapi juga sebagai bentuk aktualisasi diri bahkan tujuan hidup. Sehingga saat pensiun, orang-orang itu merasa kehilangan penghargaan diri yang mereka dapatkan saat masih bekerja, seperti pujian, rasa hormat, dan rasa dibutuhkan orang lain.
Penderita Post Power Syndrome memerlukan dampingan dan bantuan orang lain sebab bisa merasa kehilangan tujuan hidup setelah kehilangan pekerjaannya.
Jika dibiarkan berlarut, penderita Post Power Syndrome akan mengalami gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikis. Dilansir dari https://dppkbpmd.bantulkab.go.id berikut gejala-gejala yang menjadi tanda seseorang mengalami Post Power Syndrome:
- Kurang bergairah menjalani kehidupan setelah pensiun
- Gampang tersinggung
- Menarik diri dari pergaulan
- Tidak suka mendengarkan pendapat orang lain
- Mengkritik atau mencela pendapat orang lain
- Suka membicarakan dan membanggakan kehebatan dan pencapaiannya di masa lalu.
Dikutip dari UI.ac.id, pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Siti Darmayanti mengatakan bahwa tiap orang harus mempersiapkan dan merencanakan kehidupan saat pensiun saat berumur 25-45 tahun. Namun faktanya banyak orang yang sudah masuk usia 50 tahun baru menyadari dan merasa kaget karena tak terasa tiba masanya akan pensiun. Hal ini menyebabkan seseorang dapat menderita Post Power Syndrome atau sindrom pasca kuasa saat pensiun dan mengalami depresi.
Penderita Post Power Syndrome biasanya akan menunjukkan emosi yang negatif. Walaupun demikian, mereka sebaiknya tidak dijauhi atau dihindari. Mereka perlu dibantu untuk beradaptasi dan menerima kondisinya, salah satunya dengan menyibukkan diri dengan hal baru.
Salah satu alasan menderita Post Power Syndrome disebabkan oleh hilangnya rutinitas yang biasanya dilakukan. Oleh sebab itu sebaiknya mereka diberi kesibukan lain untuk menggantikan rutinitasnya.
Dengan kesibukan baru, penderita Post Power Syndrome tak lagi dibayang-bayangi oleh pekerjaan dan capaiannya di masa lalu. Beberapa rutinitas yang mungkin dapat dilakukan yaitu mencari hobi baru seperti berkebun atau memasak.
Selain itu, meluangkan waktu dan menjaga komunikasi dengan baik perlu dilakukan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, penderita Post Power Syndrome akan merasa kosong dan hilang tujuan hidup. Janganlah meninggalkan mereka sendirian karena dapat membuat semakin parah karena merasa tak dianggap dan tak berguna. Oleh karena itu sebisa mungkin komunikasi harus terus dijaga dan membuatnya tak merasa sendiri.
Baca juga: Tak Mudah Mengatasi Post Power Syndrome, Tapi Bisa Lakukan 4 Tips ini
ANNISA FIRDAUSI