TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian baru-baru ini menunjukkan masih banyak orang yang abai kesehatan ginjal dan enggan memeriksakannya. Dikutip dari keterangan dr. Alvin Ng, konsultan senior nefrologi di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena di Singapura, 95 persen penderita penyakit ginjal kronis (PGK) ringan tidak mengetahui mengalami kondisi tersebut.
“Dalam kebanyakan kasus penyakit ginjal progresif, tubuh dapat menyesuaikan diri dengan penumpukan racun dan pasien hanya akan merasa tidak sehat setelah fungsi ginjal turun di bawah 15 persen," kata Alvin.
Ketika kondisi ini terjadi, pasien dapat kehilangan lebih dari sepertiga fungsi ginjal tanpa menunjukkan gejala apa pun. Baxter, perusahaan terkemuka penyedia perawatan dialisis global, meluncurkan kampanye "Ketahui Skor Anda (Know Your Score)" yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar mengetahui skor ginjal sebagai indikator kesehatan ginjal dan memperkuat gagasan memahami skor tersebut menyelamatkan hidup.
Nilai tersebut diukur melalui Glomerular Filtration Rate (GFR), tes darah sederhana yang mengukur performa ginjal. Angka ini, layaknya hasil pengukuran kolesterol maupun tekanan darah, menunjukkan apabila pasien membutuhkan pemeriksaan berikutnya dan membantu mencegah perkembangan penyakit ginjal lebih lanjut.
Jika skor memperlihatkan angka 90 ke atas, itu menandakan ginjal yang sehat dan normal. Kalau nilai berada di rentang angka 60-89, hal tersebut berarti tindakan intervensi dibutuhkan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Jika skor berada di bawah 60 selama tiga bulan berturut-turut, itu dapat menyimpulkan adanya indikator penyakit ginjal kronis (PGK).
PGK sering kali disebut pembunuh diam-diam karena pasien kerap tidak menunjukkan gejala hingga penyakit mencapai tahap stadium lanjut. Selain itu, pandemi COVID-19 juga mengakibatkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan pasien PGK, salah satu penyakit bawaan, akibat status kekebalan tubuh yang terdampak pandemi COVID-19.
Know Your Score menekankan perlunya pengujian rutin untuk mendeteksi dan mencegah PGK, terutama di antara penderita hipertensi dan/atau diabetes. Hal ini juga mendorong masyarakat untuk mempelajari lebih lanjut tentang skor ginjal dan kiat gaya hidup untuk mencegah penyakit ginjal dengan mengunjungi Info Ginjal, situs khusus dari Baxter yang menyediakan informasi tentang kesehatan ginjal dan perawatan PGK.
Dilansir dari Info Ginjal, ada tiga alternatif perawatan yang dapat dipertimbangkan para pasien PGK maupun sanak keluarga. Opsi pertama adalah dialisis peritoneal (PD). Tipe dialisis ini dapat dilakukan di rumah setiap hari, bahkan saat pasien sedang beraktivitas atau tidur. PD menggunakan lapisan perut bernama membran peritoneum untuk menyaring dan membersihkan darah pasien.
Tergolong sebagai alternatif tanpa rasa sakit dan penggunaan jarum yang relatif jarang, pasien barangkali dapat merasakan sensasi kenyang usai terapi, tergantung resep dari dokter. Pilihan berikut yaitu hemodialisis, opsi menyaring darah di luar tubuh pasien dengan bantuan mesin dialisis dan filter buatan yang berfungsi bagai ginjal buatan. Di Indonesia, pasien dapat memilih perawatan di rumah sakit maupun klinik cuci darah.
Apabila dialisis dan hemodialisis tidak berhasil, pasien dapat mempertimbangkan transplantasi ginjal. Menurut Federasi Ginjal Nasional di Inggris, tingkat keberhasilan transplantasi ginjal mencapai di atas 90 persen 1 tahun setelah operasi dan di atas 75 persen 5 tahun setelah tindakan medis. Umumnya, ginjal dari pendonor yang telah meninggal dapat bertahan selama 12 tahun, sedangkan penerima ginjal pendonor yang masih hidup dapat bertahan hidup tiga tahun lebih lama.
Untuk mengetahui skor kesehatan ginjal, Anda dapat mengunjungi https://apac.mykidneyjourney.com/id/world-kidney-day. Sebagai pengelola situs Info Ginjal, Baxter juga berkomitmen untuk senantiasa mengedukasi masyarakat mengenai berbagai opsi perawatan PGK, terutama di masa pandemi COVID-19.