TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas merupakan kondisi di mana seseorang memiliki berat badan berlebih. Berat badan berlebih ini karena lemak yang tertimbun di dalam tubuh.
Pedoman apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak adalah Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) lebih dari 30.
Cara menghitung BMI adalah dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Cara menghitungnya, dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Obesitas dapat meningkatkan risiko beberapa gangguan kesehatan dan komplikasinya. Musababnya, mengutip laman Healthline, kelebihan lemak memberi tekanan pada tulang dan organ.
Berikut sepuluh risiko masalah kesehatan akibat obesitas dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengendalikannya.
- Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 terjadi ketika gula darah lebih tinggi dari biasanya. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, stroke, penyakit ginjal, dan masalah penglihatan. Untuk mencegah penyakit diabetes, terapkan pola hidup sehat aktif dan memeriksakan kondisi kesehatan secara berkala. - Penyakit jantung
Penyakit jantung lebih sering terjadi pada orang dengan obesitas. Seiring waktu, timbunan lemak dapat menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung. Orang dengan obesitas memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, kolesterol low-density lipoprotein (LDL), trigliserida, dan gula darah, yang semuanya berkontribusi terhadap penyakit jantung. Arteri yang menyempit dapat menyebabkan serangan jantung. Dan jika terjadi sumbatan atau pembekuan darah di arteri yang menyempit, maka dapat menyebabkan stroke. - Stroke
Stroke dan penyakit jantung memiliki faktor risiko yang sama. Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terhambat. Adapun stroke dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak dan mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kesulitan bicara dan bahasa, otot yang melemah, dan perubahan pada kemampuan berpikir dan bernalar. - Gangguan tidur atau sleep apnea
Sleep apnea adalah gangguan di mana seseorang berhenti bernapas sejenak saat tidur. Orang yang kelebihan berat badan memiliki risiko lebih tinggi mengalami sleep apnea. Penyebabnya, lemak yang tertimbun di sekitar leher mengakibatkan membuat saluran udara menyusut. Saluran udara yang lebih kecil dapat menyebabkan dengkuran dan kesulitan bernapas di malam hari. - Tekanan darah tinggi
Pembuluh darah menjadi "selang" untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jika di dalam pembuluh darah itu terdapat sumbatan karena lemak yang mengendap di dinding pembuluh darah atau darah terlalu kental, maka jantung harus bekerja lebih keras lagi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. - Penyakit hati atau liver
Orang dengan obesitas berpotensi mengalami penyakit hati atau liver. Ini terjadi ketika terjadi penumpukan lemak pada hati. Kelebihan lemak dapat memicu jaringan parut atau sirosis dan merusak dan mengganggu kerja hati. - Penyakit kandung empedu
Empedu membantu mencerna lemak dan obesitas meningkatkan risiko terkena batu empedu. Batu empedu terjadi ketika lemak menumpuk dan mengeras di kantong empedu. - Kanker
Penyakit kanker muncul bukan karena sebab tunggal. Namun obsitas menjadi salah satu pemicunya. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko kanker tertentu, seperti kanker payudara, usus besar, kandung empedu, pankreas, ginjal, dan prostat, serta kanker rahim, leher rahim, endometrium, dan ovarium.IklanScroll Untuk Melanjutkan - Komplikasi kehamilan
Wanita hamil yang kelebihan berat badan atau obesitas berpotensi mengalami resistensi insulin, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan, termasuk:- Diabetes gestasional
- Preeklamsia
- Membutuhkan operasi caesar (C-section)
- Gumpalan darah
- Perdarahan lebih berat setelah melahirkan
- Lahir prematur
- Keguguran - Depresi
Tak sedikit orang obesitas mengalami depresi. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi yang kuat antara obesitas dengan gangguan depresi mayor. Orang yang terkena obesitas mungkin sering mengalami diskriminasi berdasarkan ukuran tubuhnya. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan perasaan sedih atau rendah diri.
Tips Menurunkan Risiko Obesitas
Gaya hidup sehat, diet sehat, dan olahraga teratur dapat membantu menurunkan berat badan secara perlahan. Tidak perlu mengubah kebiasaan secara drastis. Kuncinya, konsisten dan menentukan pilihan yang sehat.
Untuk olahraga, seperti aerobik, jogging, atau jalan cepat setidaknya 150 menit seminggu atau cukup 30 menit selama lima hari dan dua hari istirahat. Setelah menguasainya, tingkatkan latihan menjadi 300 menit per minggu. Anda juga dapat memvariasikan gerakan olahraga, seperti push-up atau sit-up.
FADHILAH PRILIA | HEALTHLINE
Baca juga:
Deteksi Obesitas dengan Memahami Status Gizi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.