TEMPO.CO, Jakarta - Para penderita diabetes perlu memperhatikan hal ini sebelum Ramadan. Pakar gizi dari Universitas Indonesia, Inge Permadhi, mengimbau penderita diabetes melakukan pengecekan atau skrining terlebih dulu sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan.
"Dinilai dulu apakah dia boleh melakukan puasa Ramadan atau tidak karena memang ada sebagian orang yang tidak diperkenankan apabila kadar gula darahnya terlalu tinggi," ungkap Inge.
Baca juga:
Inge menjelaskan penderita diabetes masih diperbolehkan berpuasa apabila kondisi kadar gula darah tergolong stabil. Namun, apabila ketika sedang berpuasa kemudian merasa tidak enak badan, ia mengimbau agar sebaiknya segera berbuka puasa meskipun belum memasuki waktu Maghrib.
"Apabila merasa pusing atau keluar keringat dingin, atau merasa badan tidak enak, itu mungkin memang sudah saatnya dia untuk berbuka, jangan dipaksakan," jelas Inge.
Inge menambahkan penderita diabetes harus bisa mengenali gejala hipoglikemi atau kondisi saat tekanan gula darah menurun secara drastis.
"Jadi, memang berbeda dengan orang normal sebab untuk penderita diabetes hipoglikemi bisa berdampak jika menunggu waktu berbuka sehingga dapat menyebabkan kematian," kata Inge.
Oleh sebab itu, ia menganjurkan para penderita diabetes untuk sahur di waktu mendekati imsak. Dengan demikian, mereka pun lebih memiliki waktu pertahanan terhadap rasa lapar lebih singkat dibandingkan sahur di waktu yang jauh dari imsak.
"Ini memang agak riskan tapi saya ingin menyampaikan bahwa jika ingin berpuasa, lakukanlah sedekat mungkin dengan waktu imsak. Jadi, misalnya jangan terlalu jauh jamnya supaya dia mempunyai pertahanan terhadap rasa lapar," jelasnya.
Baca juga: Jenis Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Diabetes saat Ramadan