TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis adalah salah satu penyakit infeksi yang berpotensi serius. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai organ tubuh namun seringkali menyerang paru-paru. Spesialis Paru di Siloam Hospitals Makassar, dr. Adrianne Marissa Tauran, Sp.P, mengatakan faktor risiko terbesar dan utama dari tuberkulosis adalah rokok.
"Bicara tentang kasus paru, tentu saja rokok ini sangat menjadi musuh utama. Jadi, rokok secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan TB, yang melalui penurunan daya tahan tubuh, merusak fungsi paru. Jadi, bagi perokok diwajibkan untuk segera mengubah gaya hidup dengan berhenti merokok," ujar Adrianne.
Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui droplet kecil di udara yang dilepaskan melalui batuk dan bersin. Untuk mencegah penularan TB, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Kemudian, dengan mengonsumsi makanan yang bergizi karena jika daya tahan tubuh kurang maka akan lebih mudah terpapar TB dibandingkan yang daya tahan tubuhnya baik. Lalu, selalu menggunakan masker atau menutup mulut sewaktu batuk atau bersin agar dapat menghindari terjadinya penularan dan penderita tidak meludah di sembarang tempat.
"Namun, perlu diketahui juga bahwa tidak semua penderita TB itu harus memiliki gejala batuk, sesak napas, batuk berdarah, berat badan turun, mengalami lemas," kata dokter yang akrab disapa Anke ini.
Secara umum, daya tahan tubuh yang baik dapat mencegah tertular TB. Pada kasus anak yang mengalami TB, ia tidak menularkan karena anak belum dapat melakukan percikan melalui batuk atau bersin yang dapat disemburkan.
Menurutnya, kasus TB bisa disembuhkan. Pengobatannya cukup dalam waktu enam bulan dengan kondisi normal, yang terbagi dalam dua tahap, yaitu fase awal, pengobatan selama dua bulan dengan minum obat setiap hari. Sementara untuk fase lanjutan, pengobatan selama empat bulan dengan minum obat selang satu hari.
Baca juga: Cegah Stadium Lanjut Kanker Paru dengan Deteksi Dini