TEMPO.CO, Jakarta - Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang menyebar dari hewan ke manusia. Penyakit ini ditularkan oleh adanya infeksi bakteri Leptospira. Kencing hewan seperti tikus, sebagaimana yang dilaporkan Badan Perlindungan Kesehatan Inggris (UKHSA), menjadi sumber infeksi utama dari penyakit Leptospirosis.
Berdasarkan laporan UKHSA, dalam setahun sedikitnya terdapat 40 kasus Leptospirosis di Inggris dan Wales. Statistik ini jauh lebih kecil ketimbang di Australia yang mana pada 2005 silam tercatat ada 141 kasus. Ini terjadi, sebab penyebaran Leptospirosis cenderung lebih masif berada di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
Baca Juga:
Salah satu jenis penyakit yang sering muncul saat musim hujan ialah leptospirosis. Melansir dari Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis Cetakan Ke-3 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017, leptospirosis adalah jenis penyakit menular dari binatang ke manusia atau sebaliknya yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus leptospira yang berbentuk spiral.
Penularan Leptospirosis
Kencing tikus ataupun kotoran hewan ternak lainnya yang terInfeksi oleh bakteri Leptospira, mengutip situs betterhealth.vic.gov.au, menular ke tubuh manusia melalui tiga rute utama:
- Kontak Langsung – Bakteri Leptospira bisa masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit, misalnya luka terbuka yang terkena air atau tanah yang terkontaminasi kencing tikus.
- Makan dan Minum – Misalnya, saat manusia mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Leptospira dari kencing tikus. Atau bisa juga dari kebiasaan malas cuci tangan sebelum makan.
- Inhalasi – Misalnya, menghirup aerosol kencing dari tikus yang terinfeksi bakteri Leptospira.
Gejala Penyakit Leptospirosis
Melansir WebMD, gejala penyakit Leptospirosis biasanya muncul dalam waktu 5 sampai 14 hari setelah terinfeksi bakteri Leptospira. Namun, gejala ini dapat berkembang dari 2 hingga 30 setelah infeksi, dengan rata-rata 10 hari setelah paparan awal.
Dalam kebanyakan kasus, gejala awal Leptospirosis mirip dengan penyakit flu seperti pada umumnya. Misalnya, berupa demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot, muntah, kehilangan nafsu makan, bahkan timbulnya sejumlah ruam di kulit. Gejala lebih lanjut dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan.
Pengobatan Leptospirosis
Sebagian besar kasus penyakit Leptospirosis ringan, akan sembuh dengan sendirinya. Namun, seperti dikutip dari Healthline, apabila sudah menunjukkan gejala Leptospirosis parah, dapat menyebabkan risiko gagal ginjal, gagal hati, atau gagal jantung. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan kematian.
Melansir sumber yang sama, upaya pengobatan yang paling ideal adalah dirawat atau diperiksa ke rumah sakit dengan penanganan dokter yang memadai. Di rumah sakit, pasien akan menerima antibiotik secara intravena. Ini akan membantu membersihkan infeksi bakteri. Penisilin dan doksisiklin adalah dua antibiotik yang sering dipakai.
HARIS SETYAWAN
Baca: Selain DB Waspadai Leptospirosis pada Musim Pancaroba
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.