TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa buruk yang melekat dalam pengalaman seseorang bisa menganggu kesehatan mental. Pengalaman menakutkan itu bisa berakibat gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD).
Mengutip Mayo Clinic, seseorang yang mengalami gangguan stres pascatrauma akan muncul gejala kilas balik mimpi buruk, kecemasan, pikiran tak terkendali akibat peristiwa yang buruk itu.
Kemunculan gejala gangguan stres pascatrauma
Gejala gangguan stres pascatrauma biasanya muncul satu bulan setelah kondisi traumatis. PTSD dibagi menjadi empat jenis: ingatan yang mengganggu, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, juga perubahan reaksi fisik dan emosional. Mengutip Psych Central, psikiater Jeffrey Ditzell menjelaskan, dahulu PTSD berhubungan gangguan kesehatan mental veteran perang.
Mengelola gejala setelah trauma menjadi cara seseorang bertahan. Misalnya, kemampuan untuk mencari dukungan dan mengembangkan strategi menyelesaikan masalah beradaptasi dengan perubahan.
Upaya itu sampai muncul perasaan positif yang meredakan traumatis. National Institute of Mental Health berpandangan banyak kemungkinan untuk mengatasi PTSD.
Tapi, kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat berisiko memperburuk kondisi PTSD. Gangguan stres pascatrauma ini tidak bisa diperiksa secara mandiri. Sebaiknya untuk memastikan penanganan yang tepat mengonsultasikan masalah gejalanya dengan ahli kesehatan mental.
Penyebab PTSD
- Bencana alam
- Kekerasan kejahatan
- Peristiwa medis yang serius
- Pengalaman berisiko kematian
- Kehilangan orang yang dicintai
- Pelecehan fisik atau seksual
- Kecelakaan kendaraan
BALQIS PRIMASARI
Baca: Perang Rusia Ukraina Bisa Timbulkan Efek Psikologis, Salah Satunya PTSD
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.