TEMPO.CO, Jakarta - Meski sudah menyebar di banyak negara dengan semakin banyak korban, juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan hepatitis akut tidak berpeluang menjadi pandemi sebab sebaran kasus secara global bergerak lambat.
"Tidak berpeluang pandemi jika melihat perkembangan jumlah kasus dan sampai saat ini hanya enam negara yang melaporkan hepatitis akut dengan jumlah kasus lebih dari enam pasien," katanya.
Ia mengatakan seluruh kasus tersebut bersifat probable hepatitis akut misterius. "Sementara total kasus probable hepatitis akut secara global berjumlah 348 dengan 70 kasus tambahan yang masih dalam penyelidikan," kata Nadia.
Dikonfirmasi terpisah, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan kemungkinan hepatitis akut menjadi pandemi perlu melalui kajian pendahuluan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Tentang kemungkinan penyakit apapun jadi pandemi maka akan melalui proses ditentukan dulu sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," jelasnya.
Ia mengatakan PHEIC akan mengukur sejumlah barometer status pandemi, di antaranya sebaran penyakit lintas benua, menimbulkan masalah kesehatan yang berarti, serta jenis penyakit yang baru.
"Lalu sesudah itu dilihat lagi perkembangannya, kalau terus meluas maka baru akan disebut pandemi," ujarnya.
Kalau melihat pengalaman COVID-19, pertama kali dilaporkan WHO pada 5 Januari 2020, dinyatakan PHEIC 31 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret 2020. Terkait 15 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia, ia mengatakan perlu dijelaskan apakah kasus itu termasuk klasifikasi WHO probable, epi-linked, atau masih pending, yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
"Setidaknya akan baik kalau disebutkan bagaimana hasil pemeriksaan virus hepatitis A sampai E pada 15 kasus itu," imbaunya.
Ia juga mendorong hasil tes laboratorium terkait kemungkinan adanya virus lain, seperti SARSCOV-2, Adenovirus, Epstein Barr, dan lainnya, atau mungkin juga toksin dan ada tidaknya autoimun.
"Kalau memang sudah ada 15 kasus maka tentu sudah dilakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE) mendalam sehingga pola penularan dapat mulai diidentifikasi, baik antarkasus maupun juga dengan lingkungan dan lainnya," papar Tjandra.
Baca juga: Hepatitis Akut Juga Mengancam Orang Dewasa, Simak Saran Pakar