TEMPO.CO, Jakarta - Merebaknya kasus hepatitis akut membuat Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan buka kantin sekolah selama pembelajaran tatap muka (PTM).
“Saat PTM dimulai, kemungkinan sekolah tidak mempersiapkan secara khusus untuk mengantisipasi hepatitis misterius karena tak ada petunjuk khusus juga dari Kemendikbudristek, Kemenag, maupun dinas-dinas pendidikan. Namun, karena sudah terkondisi pandemi COVID-19, maka persiapan protokol kesehatan selama ini bisa digunakan untuk antisipasi,” kata Retno.
Retno menuturkan kebijakan boleh dibukanya kantin sekolah dengan batasan pengunjung 75 persen dalam Surat Edaran Sesjen Kemendikbudristek terkait penyelenggaran PTM penting untuk dievaluasi kembali sebab penularan hepatitis akut menyerang anak melalui saluran pencernaan dan pernapasan.
Ia meminta pemerintah untuk segera memonitor dan tidak memberlakukan kembali PTM dengan kapasitas 100 persen agar bisa melihat perkembangan kasus hepatitis akut misterius sebagai bentuk pencegahan. Kondisi semakin mengkhawatirkan mengingat tidak adanya petunjuk khusus bagi sekolah untuk mengantisipasi penularan hepatitis akut di sekitar siswa selain memastikan setiap warga sekolah mematuhi protokol kesehatan COVID-19, seperti pakai masker, jaga jarak, dan mengurangi mobilitas.
Guna mencegah penularan semakin meluas, selain mengevaluasi, pemerintah pusat dan daerah melalui dinas kesehatan harus segera melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para orang tua terkait informasi jelas tentang hepatitis akut dan upaya pencegahannya. Kemudian, dinas pendidikan bersama dinas kesehatan diminta melakukan sosialisasi pencegahan sekaligus penanganan kepada setiap warga sekolah untuk memahami gejala awal hepatitis akut, seperti mual, muntah, sakit perut, diare, dan kadang disertai demam ringan, termasuk gejala berat, seperti air kencing berwarna pekat dan kotoran putih pucat.
Sementara di sekolah, dia berharap untuk membangun kerja sama dengan puskesmas terdekat guna membantu pemerintah daerah menyosialisasikan pencegahan virus hepatitis akut kepada warga sekolah secepatnya. Kepada orang tua, Retno menyarankan terus menjaga kebersihan lingkungan dan diri setiap siswa dengan rajin mencuci tangan, menggunakan peralatan makan, belajar masing-masing, dan memastikan setiap makanan atau minuman dalam keadaan matang.
“Sebaiknya orang tua membekali anak-anak ke sekolah dengan makanan dan minuman dari rumah, jangan jajan atau beli sembarangan,” imbaunya.
Sementara bagi orang tua yang sudah teredukasi wajib mengedukasi anak terkait hepatitis sehingga anak menyadari pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Ia juga meminta setiap orang tua agar segera membawa anak ke dokter bila menunjukkan gejala-gejala yang mungkin muncul akibat hepatitis akut supaya berpeluang diobati.
“Perlu adanya kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapatkan pertolongan medis. Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning, bahkan sampai penurunan kesadaran,” ujarnya.
Baca juga: Dokter Sarankan Cek Bilirubin Anak untuk Deteksi Hepatitis Akut Misterius