Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Risiko Terserang Kanker Kerongkongan Paling Rentan di Usia Ini

Reporter

image-gnews
Kanker kerongkongan
Kanker kerongkongan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Risiko orang berusia 45-64 tahun terkena kanker kerongkongan hampir dua kali lipat. Kasus kanker kerongkongan itu juga mengalami peningkatan 50 persen dalam kondisi prakanker kerongkongan Barrett antara 2012 dan 2019.

“Pertumbuhan prevalensi yang kuat ini harus menjadi perhatian dokter dan kita harus mempertimbangkan skrining lebih banyak pasien paruh baya untuk kanker kerongkongan jika mereka berisiko lebih tinggi,” kata Bashar J. Qumseya, profesor kedokteran dan kepala endoskopi di Universitas Florida, Gainesville.

Tim peneliti menilai tingkat esofagogastroduodenoskopi (EGD) selama jangka waktu ini dan tidak menemukan peningkatan yang mungkin menjelaskan data prevalensi. EGD adalah tes endoskopi diagnostik untuk memeriksa kerongkongan, lambung, dan bagian pertama dari usus kecil (duodenum).

Kanker kerongkongan dan kerongkongan Barrett paling sering ditemukan pada lansia pria kulit putih dan penelitian menemukan insiden tertinggi terus terjadi di antara yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, para peneliti menemukan tingkat kanker hampir dua kali lipat pada kelompok usia 45-64 tahun, dari 49 per 100.000 menjadi 94 per 100.000. Sedangkan prevalensi kerongkongan Barrett pada kelompok ini meningkat sekitar 50 persen, dari 304 menjadi 466 per 100.000 pasien.

Kanker kerongkongan, yang biasanya dideteksi dengan endoskopi, seringkali merupakan pembunuh senyap dengan gejala minimal hingga menjadi stadium lanjut. Esofagus Barrett lesi prekursor utama untuk adenokarsinoma esofagus, yang dimulai di sel kelenjar di lapisan esofagu, terutama disebabkan oleh refluks asam kronis.

Faktor risiko lain termasuk usia lanjut, laki-laki, obesitas, merokok, dan minum alkohol. Qumseya mengatakan pasien paruh baya dengan beberapa faktor risiko akan mendapat manfaat dari skrining lebih awal dan/atau lebih sering, membandingkannya dengan manfaat skrining kanker kolorektal sebelumnya.

"Banyak pasien di Amerika sekarang menjalani kolonoskopi mulai dari usia 45 tahun. Jadi, melakukan endoskopi pada saat yang sama pada pemilik beberapa faktor risiko dapat membantu menangkap lebih banyak pasien dengan esofagus Barrett dan kanker esofagus," katanya. "Dari analisis lain yang dilakukan dengan kumpulan data ini, kami tahu bahkan pasien dengan empat atau lebih faktor risiko kanker kerongkongan tidak menjalani endoskopi. Jadi, dari perspektif pasien dan penyedia, kita bisa berbuat lebih baik."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi ini merupakan analisis lintas seksi dari data catatan kesehatan elektronik (EHR) dari OneFlorida Clinical Data Research Network, yang mencakup lebih dari 40 persen penduduk Florida. Para peneliti menganalisis catatan berdasarkan tiga kategori usia, 18-44, 45-64, dan di atas 65 tahun.

Analisis lebih lanjut pada basis data sedang berlangsung dan hasil akhir akan siap dalam enam bulan ke depan. Qumseya mencatat beberapa keterbatasan penelitian, hanya mencakup orang dewasa yang tinggal di Florida. Jadi, belum tentu mewakili populasi Amerika Serikat. Itu bukan uji coba terkontrol secara acak yang mengikuti satu kelompok pasien dari waktu ke waktu.

Selain itu, seperti halnya basis data apapun, mungkin ada masalah dengan data itu sendiri. EHR yang dianalisis adalah pasien yang mengunjungi rumah sakit atau kantor dokter sehingga tidak menunjukkan apakah mereka sudah memiliki penyakit pada saat kunjungan itu atau apakah kondisi tersebut telah sembuh.

Dalam analisis terakhir, tim peneliti berencana untuk mengunjungi kembali basis data untuk mencoba membedakan antara dua jenis kanker esofagus, yakni adenokarsinoma esofagus, yang biasanya mempengaruhi esofagus bagian bawah, dan karsinoma sel skuamosa, yang mempengaruhi esofagus bagian atas.

Baca juga: Kanker Esofagus, Penyebab dan Gejala

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penyebab dan Cara Mencegah Dysphonia atau Suara Serak

21 jam lalu

Banyak cara dilakukan orang untuk meringankan radang tenggorokan, seperti berkumur dengan larutan air garam, atau mengonsumsi permen pelega tenggorokan. Namun, langkah itu hanya melegakkan tenggorokan.
Penyebab dan Cara Mencegah Dysphonia atau Suara Serak

Untuk mengatasi dan mencegah suara serak, penting untuk memahami penyebab yang mendasarinya serta tindakan pencegahan yang efektif.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

1 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

1 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

3 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

6 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

7 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.


Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

9 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?


OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

9 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.


O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

11 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

12 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.