TEMPO.CO, Jakarta -Dewasa ini media sosial menjadi salah satu hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Terlebih saat pandemi Covid-19 pembatasan kegiatan sosial, interaksi masyarakat beralih ke media sosial.
Berdasarkan data dari We Are Social per awal 2022, jumlah pengguna media sosial sebanyak 191 juta orang. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi gangguan kesehatan mental seperti yang juga naik.
Angka-angka Gangguan Mental
Mengutip dari Sehatnegeriku.kemkes.go.id, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Berdasarkan penelitian dari Pew Research Center, 69% orang dewasa dan 81% remaja di Amerika Serikat menggunakan media sosial dan menempatkan sejumlah besar populasi pada peningkatan risiko merasa cemas dan depresi saat menggunakan media sosial.
Penggunaan media sosial saat pandemi, diungkapkan oleh Dr. Tonya Crozz Hansel, Direktur program DSW di Tulane University School of Social Work dalam Mary Ann Liebert yang dikutip dari Antara News memang memiliki manfaat positif saat pandemi tetapi juga memperburuk efek negatif media sosial yang ada sebelumnya.
Puasa Media Sosial Bisa Kurangi Depresi
Dalam penelitian dengan 154 user media sosial menunjukkan jika tidak menggunakan media sosial setidaknya dalam satu minggu dapat mengurangi kecemasan, depresi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Seperti yang dikatakan Hansel, beberapa pengguna media sosial seperti Twitter, Instagram, TikTok dan Facebook merasa suasana hatinya memburuk setelah menggunakan media sosial. Hal tersebut mengindikasikan perlunya jeda atau istirahat dalam menggunakannya.
Selanjutnya: Beberapa hal yang dapat memicu depresi...