TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang tidak menyangka tertawa ternyata bisa menjadi terapi. Terapi tertawa, mengutip dari Mayo Clinic, bisa merangsang banyak organ. Ini karena tertawa merangsang jantung, paru-paru, dan otot, serta meningkatkan asupan udara kaya oksigen.
Selain itu, otak juga melepaskan hormon bahagia yang disebut hormon endorfin ketika seseorang tertawa. Hormon ini bisa memberikan energi positif dan membuat seseorang merasa senang. Perasaan ini tentu bisa mengurangi stres.
Baca Juga:
Sementara tertawa beramai-ramai bisa mendinginkan respons stres. Ini bisa meningkatkan dan kemudian menurunkan detak jantung, serta tekanan darah. Hasilnya akan muncul perasaan yang rileks dan santai.
Tertawa juga menenangkan ketegangan. Ini karena tawa merangsang sirkulasi dan membantu relaksasi otot, dengan begini beberapa gejala fisik stres bisa dikurangi.
Dilansir dari HowStuffWorks, tertawa juga terkait dengan peningkatan harapan atau optimisme. Sebab, tertawa meningkatkan emosi positif dan melawan pikiran negatif di otak. Karena itu, seseorang mulai melihat jalan keluar dari kesengsaraan saat ia tertawa.
Meski tertawa bermanfaat mengurangi stres, tapi tertawa berlebih tidak dianjurkan bagi wanita hamil, penderita hernia, atau pasien yang menjalani operasi intensif. Ini karena tertawa menyebabkan sedikit ketegangan fisik.
Sementara itu, berhati-hatilah bila melakukan terapi tertawa dengan kelompok. Waspadai anggota kelompok yang terkena pilek atau flu. Mereka mungkin menularkan kuman ke semua orang, terutama orang dengan kekebalan lemah, saat tertawa.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Mengapa Tertawa Bermanfaat sebagai Terapi untuk Mengurangi Stres dan Kecemasan?