TEMPO.CO, Jakarta - Literasi digital menjadi salah satu ilmu yang sangat diminati masyarakat saat ini. Maklum dengan pertumbuhan literasi digital yang sangat masif membuat semakin banyak masyarakat paham bahwa ilmu ini sangat penting. LEAP, sebuah lembaga kursus dan pelatihan ilmu berkualitas di Surabaya melihat perkembangan itu. Lembaga itu pun tidak hanya fokus pada pembelajaran bahasa asing, namun juga membuat kelas coding.
Pada ulang tahun lembaga ini ke-16 tahun pada 14 Februari 2022, LEAP telah merancang berbagai program untuk dilaksanakan sepanjang tahun ini, termasuk rebranding dari brand LEAP yang merepresentasikan transformasi yang telah dijalani selama ini. Kepala LKP LEAP Surabaya Ika Yadin mengatakan lembaganya telah berkembang pesat sejak didirikan tahun 2006. Selama ini, berbagai inovasi telah timnya lakukan hingga membuat LEAP menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang tak hanya bergerak di skala nasional tapi juga internasional. "Ini semua terjadi karena budaya organisasi LEAP yang pembelajar, sehingga kami bisa lebih cepat beradaptasi menghadapi perubahan," kata Ika Yadin dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 19 Mei 2022.
LEAP awalnya berdiri sebagai sebuah lembaga kursus bahasa Inggris untuk anak sekolah di Surabaya pada 2006, kini lembaga itu telah melebarkan sayap secara nasional dengan hadir di 30 kota lainnya di Indonesia sebagai penyedia pendidikan dan pelatihan Bahasa Inggris serta digital, mencakup Digital Literacy (kelas coding dan aplikasi perkantoran), dan Digital Marketing. Tahun 2021 pula, LEAP menjalin kerja sama dengan Doyobi, sebuah institusi coding kompeten dari Singapura. LEAP terpilih sebagai satu-satunya lembaga non-sekolah yang menjadi mitra Doyobi di Indonesia. "Saat ini kebutuhan pengembangan SDM dengan keterampilan abad 21 mutlak dibutuhkan dan tidak cukup sekedar secara parsial mengajarkan bahasa asing saja, tapi juga keterampilan digital dengan mengacu pada kebutuhan saat ini," kata Ika.
Ilustrasi belajar/LEAP
Sebuah gebrakan inovatif LEAP untuk mengembangkan layanan digital yang sesuai perkembangan zaman, di bulan Maret yang lalu lembaga ini mengadakan workshop Artificial Intelligence (AI) gratis bekerja sama dengan sebuah institusi pendidikan dari Kanada. Acara workshop ini diikuti oleh 120 orang peserta dengan rentang usia dari 12 tahun sampai 55 tahun dan latar belakang dari pelajar sampai dokter. Workshop ini terdiri dari 4 sesi dan berfokus ke machine learning dengan salah satu narasumbernya adalah Tienlan Sun, pelajar SMA Kanada yang merupakan Presiden EDU Beyond dan CEO TeleAye (startup AI yang bisa mendeteksi penyakit mata). Lewat workshop AI ini, peserta diharapkan bisa membuat machine learning mereka sendiri baik dari jalur coding maupun non-coding.
Ika mengatakan Industri AI dan digital sendiri masih sangat baru di dunia industri Indonesia. Saat ini masih dibutuhkan edukasi lebih banyak mengenai pentingnya membekali anak dan remaja dengan kemampuan digital seperti coding, AI, dan digital marketing agar mereka bisa bersaing di dunia profesional. "Kelas digital marketing cukup diminati khususnya bagi pengusaha muda yang ingin merintis bisnisnya sendiri secara digital karena lebih murah dari memulai usaha konvensional secara offline," kata Ika.
Menurut Ika, sejak awal tahun 2022, LEAP melayani siswa coding mulai usia 8 tahun sampai 15 tahun dan sejauh ini memang usia remaja SMP yang lebih banyak bergabung di kelas coding LEAP. Walau begitu, LEAP menerima murid-murid yang lebih muda lagi. "LEAP sendiri mengajarkan coding tidak hanya agar anak nantinya bisa menjadi seorang coder tapi lebih karena ingin mencetak generasi yang kritis, logis dan menjadi problem solver melalui belajar coding," kata Ika.
Kelas workshop juga sangat diminati masyarakat yang semakin melek digital saat ini. Antusiasme masyarakat yang ingin belajar soal AI semakin bagus. Ketika LEAP membuka kelas workshop untuk Ika tidak menyangka antusiasme sangat tinggi.
Ika menambahkan bahwa membuat workshop khusus AI ternyata ada saja tantangannya bagi LEAP. Salah satu yang utama adalah soal bagaimana menyederhanakan materi AI yang dikenal kompleks agar sederhana dan mudah dipahami oleh peserta Indonesia yang masih sangat awam dengan coding dan AI menjadi tantangan utamanya. "Sehingga kami harus membuat jalur yang berbeda bagi mereka yang sudah dan belum mempunyai pengetahuan coding dan AI sebelumnya," katanya.
Motivasi ikut para peserta workshop AI juga beragam, ada yang hanya ingin tahu tentang AI dan bagaimana cara membuatnya, ada juga yang memang ingin membuat proyek AI kedepannya. "Contohnya para dokter yang ikut, mereka sudah menyadari peran AI dalam dunia medis sehingga ingin mencari tahu lebih dalam dan kebetulan narasumbernya adalah CEO startup AI di bidang medis. Hal ini menjadi peluang baru untuk LEAP agar bisa memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan zaman," kata Ika.
Ika menambahkan bahwa kemajuan dan gebrakan yang dilakukan LEAP tak lepas dari dukungan tim yang solid dan profesional, juga peserta didik, dan kolaborator yang selalu antusias mengikuti berbagai program untuk mengembangkan skill mereka. "Pengembangan skill ini tentunya tidak hanya di sisi akademis tapi juga pengalaman praktik riil yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat,” kata Ika.
Baca: UMM Beri Pelatihan Gratis Bagi Siswa, dari Belajar Coding Hingga Berdakwah