Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Psikolog Ungkap Alasan Ada Orang yang Puas Hidup Biasa Saja

Reporter

image-gnews
Ilustrasi pria sukses. shutterstock.com
Ilustrasi pria sukses. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya usia matang, banyak anak muda dengan prestasi segudang, bahkan jadi pengusaha sukses sebelum menginjak usia kepala tiga. Di tengah berbagai kesuksesan yang dirasakan sebagian orang, wajarkah bila ada orang ingin hidup biasa-biasa saja? Psikolog Rininda Mutia dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia mengatakan tidak ada salahnya bila ada orang yang ingin punya kehidupan biasa saja sebab definisi sukses bervariasi.

"Karena nilai dan kebutuhan seseorang berbeda-beda," kata psikolog dari Universitas Atma Jaya itu.

Kesuksesan diartikan berbeda oleh setiap orang, tergantung dari kebutuhan individu. Orang yang punya kebutuhan untuk berprestasi ingin punya nilai baik di sekolah dan jabatan bagus di kantor. Ada juga orang yang mementingkan interaksi dengan orang lain, lebih baik punya banyak teman dibanding nilai bagus. Ada pula yang lahir dengan kebutuhan untuk punya kekuasaan, hasrat jadi pemimpin.

Oleh karena itu, kesuksesan individu bisa diartikan berbeda-beda. Bagi yang menginginkan kehidupan stabil, maka hidup wajar adalah hasil kesuksesan. Di sisi lain, ada orang yang menganggap hidup stabil itu membosankan dan ingin hidup lebih menantang bagai roller coaster.

"Jadi, inilah mengapa kita tidak bisa membandingkan satu orang dengan yang lain. Kita tidak bisa bilang dia sukses dan dia tidak sukses," tegas Rininda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia tidak menampik ada standard tak tertulis di masyarakat mengenai kriteria sukses, mulai dari masuk sekolah terbaik, lulus dengan nilai bagus, masuk universitas favorit, bekerja di perusahaan tertentu, punya rumah bagus, dan punya kekayaan bernilai besar. Namun, bukan berarti sorang harus mengikuti aturan tersebut jika ternyata nilai-nilai itu bertentangan dengan individu.

"Ini pentingnya mengenali diri sendiri. Kebutuhan saya apa? Nilai- nilai dalam diri saya apa? Apakah saya sudah menjalani hidup sesuai dengan keinginan dan nilai- nilai dalam diri saya?" jelasnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan setiap orang untuk fokus pada kelebihan diri sendiri dan menerima kekurangan masing-masing. Sebagai contoh, seorang anak jago di bidang bahasa dan kurang pandai di bidang matematika. Maka, kembangkanlah diri di bidang yang dikuasai atau bakat yang dimiliki agar hasilnya luar biasa. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan, seseorang bisa sedikit-sedikit memperbaiki kekurangan tapi lebih fokus untuk meningkatkan apa kelebihannya sehingga lebih mudah meraih kesuksesan di jalur tersebut.

Baca juga: Begini Dampak Putus Cinta bagi Kesehatan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah Inspiratif Office Boy yang Kini Sukses Menjadi Bos

18 hari lalu

Kosim, mantan office boy yang kini sukses menjadi bos. Dok. Nawakara
Kisah Inspiratif Office Boy yang Kini Sukses Menjadi Bos

Di mana ada tekad kuat maka di situ akan ada jalan. Dan mantan office boy bernama Kosim sudah membuktikannya dengan menjadi seorang manajer umum.


Inilah 7 Kunci Finlandia Langganan Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia

23 hari lalu

Hanko, Finlandia. Unsplash.com/Hayffield L
Inilah 7 Kunci Finlandia Langganan Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia

Finlandia langganan jadi negara paling bahagia di dunia. Lantas, apa kuncinya?


Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

39 hari lalu

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

Sikap beracun orang tua sulit diubah. Lalu, bagaimana cara menghadapi hidup yang penuh tekanan dari orang tua? Berikut beberapa yang bisa dilakukan.


Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

39 hari lalu

Ilustrasi berbuka puasa. Shutterstock
Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

Pemahaman terkait makna puasa disertai penjelasan mengenai manfaat seperti kesehatan dan mengendalikan diri


Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

54 hari lalu

Ilustrasi bullying. shutterstock.com
Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

Perbedaan mendasar antara perundungan dengan bercanda yakni pada niat atau intensi pelaku kepada korban. Begini penjelasannya.


Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

55 hari lalu

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

Psikolog Klinis Wiwit Puspitasari menjelaskan ciri-ciri anak bisa menjadi korban bullying dan pelaku bullying.


Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

55 hari lalu

Ilustrasi cyber bullying. Shutterstock
Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

Psikolog pendidikan anak, Yanti Suryatiningsih menjelaskan cara yang dapat dilakukan orang tua mencegah bullying adalah melatih self control anak.


Peran Guru untuk Mencegah Bullying di Sekolah

56 hari lalu

Ilustrasi Persekusi / Bullying. shutterstock.com
Peran Guru untuk Mencegah Bullying di Sekolah

Perbuatan bullying memungkinan dikurangi risikonya atau dicegah tak hanya peran orang tua, tapi juga para guru


Mencegah Bullying Dibutuhkan Peran Orang Tua

56 hari lalu

Ilustrasi orang tua bicara dengan anak. Shutterstock
Mencegah Bullying Dibutuhkan Peran Orang Tua

Perundungan atau bullying makin disoroti, apalagi baru-baru ini santer dibicarakan kasus bullying di SMA yang melibatkan anak salah satu selebritas


Cara Memprediksi Prestasi Siswa melalui Pola Asuh dan Mengajar

58 hari lalu

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini. Foto: Canva
Cara Memprediksi Prestasi Siswa melalui Pola Asuh dan Mengajar

Poola asuh seorang ibu lebih berdampak meningkatkan prestasi anak, ketimbang dilakukan oleh seorang ayah.