TEMPO.CO, Jakarta - Deja reve dalam Bahasa Prancis berarti, sudah pernah bermimpi. Penyebutan kata itu merujuk kondisi ingatan mimpi tertentu. Deja reve sebagai mimpi yang pernah dialami, kemudian dilupakan terpendam jauh dalam diri. Ingatan tentang mimpi itu bangkit ketika dipicu sesuatu di dunia nyata.
Deja reve sebagai dunia mimpi yang misterius, menarik, dan terpendam. Mimpi ini bisa menjadi dorongan untuk menjalani kehidupan di dunia nyata. Itu terutama jika mimpi terkait perasaan senang, kreatif, pemaknaan, dan wawasan.
Deja reve tergolong misterius
Mengutip Bustle, meski pengalaman deja reve tergolong misterius, beberapa penelitian ilmuwan mengaitkan dengan dua lintasan berbeda di hipokampus, bagian otak tempat memproses informasi dari luar, kemudian disimpan sebagai memori.
Tapi, peneliti belum bisa menemukan tentang jika seseorang merasakan sensasi aneh, gelisah, dan perasaan lain saat mengalami deja reve.
Merujuk publikasi dalam National Center for Biotechnology Information, fenomena deja reve mungkin dipicu electrical brain stimulation (EBS) atau stimulasi listrik otak listrik.
Baca Juga:
Penelitian yang memantau pasien epilepsi ini menemukan, deja reve terjadi ketika prosedur EBS menginduksi lobus temporal medial di bagian otak kanan yang berkaitan dengan saraf hipokampus, korteks perirhinal, korteks entorhinal dan korteks rhinal.
Namun, penelitian ini tidak menemukan persentase pasti sejauh mana EBS memicu deja reve. Pasien epilepsi yang menerima EBS juga mengalami dejavu sekaligus deja reve, kenangan tertentu, ingatan semantik, dan koneksi pribadi.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Apa Perbedaan Dejavu dan Jamais vu?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.