TEMPO.CO, Jakarta - Persepsi pengindraan sesuatu yang tak ada menandakan halusinasi. Misalnya, tanggapan mendengar, menyentuh, merasakan, membaui sesuatu yang tidak ada. Mengutip Verywell Mind, halusinasi bisa saja menunjukkan gejala yang berlainan, seperti sensasi di tubuh terasa disentuh dan mendengar bisikan.
Ada berbagai berbagai faktor yang menyebabkan halusinasi, antara lain kesehatan fisik, penyalahgunaan obat-obatan, depresi. Gejala halusinasi juga berlainan tergantung jenisnya, yaitu visual, pendengaran, penciuman, taktil, dan gustatory.
Mencegah risiko halusinasi makin parah
1. Observasi
Mengutip WebMD, sebelum memutuskan jenis penanganan, dokter lebih dulu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan halusinasi. Proses identifikasi ini umum melibatkan tes electroencephalogram (EEG), pemeriksaan pola aktivitas listrik di otak, tes MRI atau pencitraan resonansi magnetik
2. Psikoterapi
Seperti terapi perilaku kognitif (CBT), psikoterapi membantu membenahi cara merespons dan persepsi mengenai halusinasi yang dialami.
3. Konseling
Mengutip Healthline, halusinasi terkait gangguan kesehatan mental berkemungkinan ditangani melalui proses sesi konseling bersama profesional. Berbicara dengan konselor membantu mendapat pemahaman lebih baik mengenai hal yang dialami. Konselor juga membantu mengembangkan strategi beradaptasi dengan perubahan atau koping, terutama ketika merasa takut atau paranoia..
4. Manajemen diri
Strategi swadaya bisa dilakukan untuk orang yang mengalami halusinasi pendengarn. Aktivitas ini meliputi olahraga yang menenangkan, seperti yoga atau meditasi, bersenandung atau menyanyikan lagu saat mendengar suara tertentu, mengabaikan bunyi aneh, mendengarkan musik, membaca, dan berbicara dengan orang lain.
Mengapa orang mengalami halusinasi?
Gangguan halusinasi telah dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan mental, fisik, dan penggunaan obat-obatan.
- Skizofrenia
Mengutip WebMD, lebih dari 70 persen orang dengan penyakit skizofrenia mengalami halusinasi visual, di antaranya juga mendengar suara. Sisanya, dimungkinkan membaui dan merasakan berbagai hal yang tidak ada.
- Parkinson dan Alzheimer
Sebagian orang yang mengalami Parkinson melihat hal yang sebenarnya tak ada. Alzheimer dan bentuk lain penyakit demensia menyebabkan perubahan di otak yang memicu timbulnya halusinasi.
- Gangguan kesehatan lain
Mengutip Healthline, halusinasi juga antara lain dipicu penyalahgunaan zat, kurang tidur, epilepsi, depresi, demam tinggi (terutama anak-anak dan orang tua).
Baca: 5 Jenis Halusinasi, Apa Saja?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.