TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan musim pun mempengaruhi kondisi depresi. Merujuk Mayo Clinic, kondisi seasonal affective disorder atau gangguan afektif musiman setidaknya mempengaruhi 2,4 persen orang di Amerika Serikat.
Gejala depresi musiman ini biasanya dialami saat penghujung musim gugur atau awal musim dingin berakhir musim semi. Walaupun gejala depresi ini bisa saja dialami selain kurun musim itu.
Gejala seasonal affective disorder
Ada dua jenis ganguan afektif musiman ini. Adapun 10 persen gangguan depresi dialami saat musim panas. Tapi kebanyakan kasus, gejala gangguan afektif musiman muncul selama akhir musim gugur atau awal musim dingin, kemudian hilang ketika cerah pada musim semi dan musim panas.
Ada pula orang dengan pola berlawanan yang bergejala dimulai pada musim semi atau musim panas. Gejala ini berlangsung sekitar bulan, seperti susah tidur, sulit berkonsentrasi, dan lesu. Gejala gangguan afektif saat musim dingin juga bisa meliputi: kelelahan saat siang, makan berlebihan, kurangnya minat dalam kegiatan sosial, berat badan bertambah.
Sedangkan gejala saat musim panas, antara lain susah tidur, kegelisahan, kurang nafsu makan, penurunan berat badan, mudah bertindak kasar.
Penyebab seasonal affective disorder
Intensitas cahaya diduga mempengaruhi kondisi gangguan afektif musiman. Penurunan paparan sinar matahari saat musim dingin juga peningkatan intensitasnya saat musim semi dan musim panas mempengaruhi jam biologis alami. Itu mempengaruhi hormon yang mengatur ritme tidur dan suasana hati.
Tingkat tak normal hormon serotonin dan melatonin orang yang mengalami gangguan afektif musiman akan menganggu ritme sirkadian. Laporan penelitian Seasonal Difference in Brain Serotonin Transporter Binding Predicts Symptom Severity in Patients with Seasonal Affective Disorder, gangguan depresi musiman berkemungkinan dialami orang yang otaknya mempertahankan tingkat serotonin yang tinggi mengarah lebih rendah. Orang dengan gangguan afektif musiman juga berkemungkinan memproduksi terlalu banyak melatonin, hormon yang mengendalikan tidur.
Faktor yang mempengaruhi penyebab
1. Jam biologis (ritme sirkadian)
Berkurangnya tingkat sinar matahari saat musim gugur dan musim dingin menyebabkan gangguan depresi . Penurunan sinar matahari ini mengganggu jam internal tubuh yang rentan berakibat depresi.
2. Kadar serotonin
Penurunan serotonin zat kimia otak (neurotransmiter) mempengaruhi suasana hati. Kondisi itu berkemungkinan menyebabkan orang mengalami gangguan afektif musiman . Intensitas sinar matahari yang berkurang menyebabkan penurunan serotonin yang rentan memicu depresi.
3. Kadar melatonin
Perubahan musim rentan mengganggu keseimbangan tingkat melatonin tubuh, yang berfungsi terhadap pola tidur dan suasana hati.
Baca: Gangguan Kecemasan Umum, Seperti Apa Kondisi dan Gejalanya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.